Bab 62

1.1K 170 11
                                    

Setelah mogok karena lebaran, akhirnya update lagi
.
.
.
Happy Reading

Enjoy.....

🍁🍁🍁🍁🍁🍁


Kabar mengenai kekalahan Kerajaan Feng menyebar di seluruh penjuru negeri. Siapa yang menyangka jika putra Raja Yang Guang pelakunya. Bahkan berita mengenai penyebab kematian raja Feng Gongfu juga semakin membuat orang bergidik ngeri terhadap pangeran satu itu.

Di istana kerajaan Tao, Raja Tao Heng membuka sebuah surat laporan yang dikirimkan oleh Muyun. Kini tugas-tugas yang dulu di emban putra mahkota kerajaan Tao sekarang diambil alih pangeran kedua, Tao Muyun.

Xie Qian tidak bisa hanya diam saat melihat ekspresi raja Tao yang begitu gelisah. "Yang Mulia, apa yang terjadi?"

"Putra Yang Guang berhasil menaklukkan kerajaan Feng. Feng Gongfu dan putranya, Feng Xun tewas dalam perang, sementara Feng Lian, dia ditahan."

Wajah Xie Qian memerah, menunjukkan amarahnya yang berkobar-kobar hingga hentakan meja membuat raja Tao menoleh sekilas ke arah jenderal besar dari Dinasti kekaisaran Sui itu.

"Semakin dibiarkan mereka semakin menjadi saja!" geram Jenderal Xie Qian. "Mereka bahkan mengabaikan ancamanku!"

"Jenderal Xie benar. Raja Yang Guang sangat kejam dan tidak pernah berubah sampai sekarang. Dia hanya akan membawa kehancuran untuk dunia."

Kedua tangan Xie Qian terkepal di atas meja. Melihat itu, raja Tao Heng berusaha meredam emosi sang jenderal besar. "Sudahlah," kata raja, "Siapa yang bisa mengubah ketetapan yang sudah pasti ini?"

"Burung tidak akan selamanya terbang di langit. Akan kupastikan, Yang Guang tidak akan berani mengepakkan sayapnya lagi!!"

Sekarang, niat Xie Qian untuk membalas dendam semakin menjadi. Dia akan menuntut balas atas kematian adik perempuannya dan kakak iparnya.

"Sepertinya, perang ini sudah tidak bisa dihindari lagi." Raja Tao Heng mendesah berat. Dari raut wajah Xie Qian dia bisa melihat api dendam yang terus berkobar, jenderal besar itu tidak akan melepaskan Yang Guang begitu saja.

.

.

.

"Ternyata kau, Chuan Pei." Yin Xing berkacak pinggang. Akhirnya dia bisa bernapas lega dalam kegelapan gudang. "Kupikir pangeran Yang Zheng menyimpan kekasih gelapnya di sini. Aku heran padamu, suaramu itu terlalu cantik untuk ukuran seorang pria. Apa kau salah tumbuh? Seharusnya buah kelapa di dadamu, bukan terong dalam celanamu yang tumbuh.”

Ling Yi ternganga mendengar perkataan Yin Xing. "Kelapa? Terong?” tanyanya tidak mengerti. “Hamba tidak suka buah terong, tapi hamba suka kelapa."

"Ah, sudah sudah, lupakan saja. Kau pemuda baik dan polos. Aku tidak ingin menodai kepolosanmu."

Mendengar ucapan Yin Xing, Ling Yi mengangguk patuh. "Kalau begitu, bisakah Nona Muda Yin membuka ikatan tali ini?"

"Tentu." Yin Xing meraba letak tangan dan kaki Ling Yi. Dia mengoceh sembari berusaha membuka ikatan talinya dengan kedua bola matanya yang sama sekali tidak berguna di dalam gelap. "Kesalahan apa yang telah kauperbuat? Bagaimana bisa kau menyinggung pangeran Yang Zheng? Pangeran itu sehari-hari hanya diam dan tak acuh, aku tidak percaya kau berhasil menyinggungnya."

Ling Yi memutar bola matanya kesal. Untung gudang itu gelap, jadi ekspresi masamnya tidak terlihat oleh Yin Xing.

.....

"Apa kau melihat Chuan Pei?"

Mereka yang mendengar pertanyaan itu langsung menundukkan kepala dengan hormat lalu menggeleng sebagai jawaban.

The Transmigration of Zhou Ling Yi [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang