Sinar mentari pagi mulai terlihat. Ling Yi duduk di depan meja riasnya bersama Sang Dayang yang tengah menyisir rambut tuannya.
"Putri, kenapa hari ini Anda ingin mengenakan pakaian putih?" Xiao Yu bertanya dengan heran. Setahunya, tuannya itu hanya suka mengenakan pakaian berwarna merah.
Ling Yi tersenyum menatap dirinya lewat pantulan di cermin perunggu. "Aku tidak suka pakaian merah. Warnanya membuatku takut," jawabnya.Xiao Yu hanya bisa mengulum senyum simpul. Belakangan ini tuannya terlihat lebih tenang dan lembut.
"Setelah ini bawa aku ke taman," pintanya. "Aku sangat bosan."
.
.
.
"Putra Mahkota memberi hormat pada Ayahanda. Ayahanda memanggil Ananda?" Li Yuan membungkuk hormat menghadap Sang Raja di ruang pribadinya.
"Aku ingin kau mencari tahu alasan penyerangan terhadap Putri Lifei," ucap raja berupa perintah. Beliau mendesah berat sebelum kembali bicara. "Adikmu itu memiliki terlalu banyak musuh. Banyak yang menginginkan kematiannya daripada dirimu."
Li Yuan berdehem pelan, dia menundukkan kepala untuk menutupi senyum tipis yang mendadak muncul dari wajah anggunnya. Sejujurnya dia sangat setuju dengan ucapan ayahandanya.
"Ayahanda jangan khawatir. Ilmu bela diri Lifei sangat tinggi. Dia pasti akan mampu mengatasinya. Tapi ... "
Raja menatap Putra Mahkota, ikatan ayah dan anak membuat mereka memahami isi pikiran satu sama lain. "Tapi dia sangat ceroboh dan tidak pernah memikirkan konsekuensi yang akan dia dapatkan dari perbuatannya," kata raja menimpali.
Li Yuan mengangguk pelan. Dia menghela napas sebelum bicara. "Tapi sekarang dia sudah banyak berubah." Terselip nada kecewa dalam ucapan Putra Mahkota.
Dan raja juga sependapat dengan putra tertuanya itu. "Perubahannya saat ini memang sulit untuk diterima. Tapi, Kudengar dia selalu patuh belakangan ini. Dia juga tidak meninggalkan paviliunnya selama satu bulan. Bukankah itu perubahan yang bagus?"
"Memang bagus, tapi sangat disayangkan, kenangannya tentang kita telah lenyap." Ucapan Putra Mahkota membuat senyum raja luntur.
Yang dikatakan Li Yuan ada benarnya, putri kesayangannya kini terlihat seperti orang asing. "Sangat disayangkan," sahut raja sependapat.
.....
Udara segar dengan aroma bunga di taman menjadikan suasana matahari pagi semakin terasa damai.
Ketenangan, itulah yang disukai Ling Yi. Paviliunnya sangat nyaman dan menenangkan.
"Kak Lifei?" panggil Pangeran Ketiga Kerajaan Tao, Tao Jinxu, berlari menghampiri Ling Yi. Pemuda itu mengamati Kakak satu ayahnya dengan tatapan heran sebelum senyumnya mengembang karena terpesona. "Wah, Kak. Kau terlihat cantik dengan pakaian serba putih," pujinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Transmigration of Zhou Ling Yi [END]
Historische Romane[BUKAN NOVEL TERJEMAHAN] Terseret ke dunia di mana era modern belum dimulai, segala kehidupan rumit nan sulit menjebak jiwa Ling Yi pada tubuh seorang gadis yang sudah mati. Dengan terpaksa menjalani kehidupan sebagai seorang putri setelah terkena m...