Enjoy....
Prajurit dengan cambuk melingkar di tangannya, siap menjalankan perintah dari Putri Lifei.
Suara hempasan ujung cambuk yang mengenai punggung mengisi keheningan Paviliun Anggrek Salju. Dan teriakan kesakitanpun muncul setelahnya.
"Mungkin kau akan menyadari kesalahanmu setelah ini," kata Ling Yi tenang.
Cambukan terakhir baru saja di hempaskan mengenai punggung Dayang Mao. Dayang muda itu menangis tersendu-sendu. Lima belas bekas luka di punggungnya merupakan peringatan keras dari Ling Yi.
"Suasana hatiku sedang tidak baik sekarang. Kau datang disaat yang tidak tepat." Ling Yi mengambil cawan teh di atas meja. Dia berjalan mendekat, memutus jarak panjang antara dirinya dan Dayang Mao di dalam kamar yang luas. "Kau haus?" Dia menyodorkan cawan teh ke arah Dayang Mao.
Dayang muda itu menelan kering, sebuah cawan teh berhasil membuatnya takut. "Tidak," tolaknya tegas.
"Kenapa? Apa teh buatanmu tidak enak? Atau ada sesuatu yang lain didalamnya?"
Dayang Mao bergeming. Dia tidak menjawab.
"Jangan kau pikir trik rendahanmu bisa menipuku, kau memasukan racun kedalam teh ini, 'kan?" tanya Ling Yi mengejutkan.
Dayang Mao mengerutkan dahi. Ekspresi terkejut dari dayang itulah yang diinginkan Ling Yi.
Dua prajurit yang tadi mencambuk Dayang Mao serta dua dayang di belakang Ling Yi ikut terkejut. Kamar yang tadinya tenang sekarang berubah menegangkan.
"Kau pikir dengan menambahkan daun mint ke dalam teh bisa menutupi aroma bubuk bunga datura?" tanya Ling Yi dengan tatapan menuntut pada Dayang Mao. Ekspresi terkejut dayang itu tak lepas dari sorot mata Sang Putri.
"Ampuni hamba, Tuan Putri. Hamba melakukannya atas perintah Permaisuri Kedua," ucapnya terdengar mengadu.
Ling Yi menaikkan satu alisnya. "Benarkah? Kenapa kau mengatakan hal yang tidak kutanya?" tanyanya tak acuh.
Dayang Mao tidak langsung menjawab. Dia mendongak menatap Sang Putri yang berdiri dihadapannya. "Ha-hamba mengatakannya karena hamba kasihan kepada Anda, Putri. Permaisuri Kedua selalu mencari segala cara untuk melenyapkan Anda."
Ling Yi tidak terkejut. Hal itu benar adanya. Sudah menjadi rahasia umum jika Permaisuri Kedua memiliki hubungan yang buruk dengan Putri Kesayangan Raja. Kasih sayang raja yang berlebihan terhadap Putri Lifei membuat iri Permaisuri Kedua, dan menciptakan kerenggangan hubungan anggota keluarga kerajaan.
"Jika kau memang kasihan padaku, ikut aku menghadap Yang Mulia."
Dayang Mao mengangguk. "Hamba bersedia menghadap Yang Mulia untuk Anda, Putri."
"Aku menghargai kesetiaanmu. Meski aku tidak tahu pada siapa kau menaruh kesetiaanmu itu," sindiri Ling Yi yang berhasil membuka senyum samar diwajah Dayang Mao.
Dalam hati, dayang muda itu berpikir mengenai desas-desus tentang Putri Lifei yang terkenal kasar dan ceroboh tidak lah benar. Sosok Lifei yang ia hadapi jauh dari kata ceroboh.
"Katakan, dimana dayang kepercayaanku?" tanya Ling Yi membuyarkan lamunan Dayang Mao.
Ling Yi langsung berlari menuju dapur setelah Dayang Mao memberi tahu keberadaan Xiao Yu.
Dayang kepercayaannya diikat dengan tali tambang. Mulut dan matanya ditutup dengan kain hitam.
"Perempuan itu sangat keterlaluan," desis Ling Yi. Dia segera melepas tali yang membelit tubuh dayang kepercayaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Transmigration of Zhou Ling Yi [END]
Tiểu thuyết Lịch sử[BUKAN NOVEL TERJEMAHAN] Terseret ke dunia di mana era modern belum dimulai, segala kehidupan rumit nan sulit menjebak jiwa Ling Yi pada tubuh seorang gadis yang sudah mati. Dengan terpaksa menjalani kehidupan sebagai seorang putri setelah terkena m...