Bab 50

1.4K 182 0
                                    

Happy Reading

Enjoy....

🍀🍀🍀🍀


"Kuperingatkan kau satu hal, Pangeran Zheng. Jangan coba-coba menghalangiku!" tegas Yang An mengancam.

Zhong Yu mendengus, meremehkan ancaman pria dingin itu. Dia meminta Rong untuk memapahnya pergi dari tempat latihan.

Setelah kepergian pria itu, Yang An dan Chuan Pei berdiri di tengah-tengah arena. Mereka langsung disambut antusias oleh seluruh prajurit di sana.

"Chuan Pei!"

"Putra Mahkota!"

Kedua nama itu menggema di sepanjang tempat latihan. Yang An sudah siap dengan pedang di tangannya. Pria itu tampak tidak memiliki belas kasihan meski Ling Yi sudah menjelaskan berkali-kali kalau dia sama sekali tidak bisa bela diri. "Tunjukkan kalau kau pria sejati," ucapnya datar yang menambah ketakutan dalam hati Ling Yi.

Yang An maju terlebih dahulu. Dia mengacungkan ujung pedang ke arah lawan dengan kilatan mata tajam.

Ling Yi tidak bisa apa-apa. Kakinya terasa berat. Tidak tahu langkah mana yang harus dia pilih.

Dengan sangat mudah Yang An menaruh bilah pedangnya di leher gadis itu.

Gadis itu bergeming, tegang dan takut sampai pedang yang dia pegang terlepas dari tangannya.

"Ambil pedangmu," perintah Yang An dingin.

Ling Yi tidak menurut. Dirinya terlalu takut.

"Ambil!" tegas putra mahkota dan langsung mengayunkan pedangnya untuk menebas kepala pelayannya.

Untung Ling Yi menunduk untuk mengambil pedangnya. Sehingga nyawanya terselamatkan kali ini.

Tapi serangan putra mahkota Kerajaan Yang tidak pernah selesai hanya dalam satu kali. Ling Yi meringis perih karena ulah Yang An. Lengan bajunya sobek sampai menyentuh kulit. Luka panjang dan dalam itu mengeluarkan banyak darah.

Sebenarnya pria itu tidak benar-benar ingin melukai pelayannya. Salah Ling Yi sendiri yang tidak waspada terhadap musuh.

Jika seperti ini, jangankan balas dendam, untuk melindungi nyawanya sendiripun pelayannya tidak akan mampu, pikir Yang An.

Tapi putra mahkota tentu tidak tahu seberapa dalam ide dan rencana pelayannya itu. Kuat tidak menjamin keselamatan. Kadang otak juga sangat berperan penting dalam menentukan nasib seseorang.

Suasana hati Yang An berubah keruh. Semua orang bisa melihat itu dari wajah sang putra mahkota.

Para prajurit segera menghampiri Ling Yi setelah kepergian putra mahkota.

"Chuan Pei, kau tidak apa-apa?" tanya salah satu prajurit.

Prajurit di sebelahnya menepuk bahu prajurit tadi. "Hei, kau tidak lihat luka di tangannya? Dia terluka!"

Di sisi lain, Zhong Yu dan Rong tengah duduk di tempat peristirahatan prajurit.

Sang pangeran meneguk kantung berisi air dengan tegukan besar. Matanya melirik ke samping ketika sosok putra mahkota berjalan melintas.

"Ehm!"

Yang An menghentikan langkahnya. Dia menatap asal suara dengan wajah ketus.

"Hari ini kenapa putra mahkota berlatih lebih singkat dari hari-hari biasanya?" tanya Zhong Yu membuka pembicaraan.

Yang An mendengkus tidak suka. "Sejak kapan kau disini?" tanyanya ketus. Emosinya masih bergejolak karena kejadian tadi. Seharusnya dia bunuh saja pelayan bodohnya itu.

The Transmigration of Zhou Ling Yi [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang