Happy Reading ❤️❤️
🍁🍁🍁🍁🍁🍁
Dayang-dayang berdatangan menuju kamar yang di tempati Ling Yi. Membantu gadis itu mandi dan berpakaian. Semua itu atas perintah dari bibi raja mereka, Xiao Yu.
Angin menerobos masuk dari jendela. Ketika itu Ling Yi tengah melamun di depan makanannya.
Rasanya selera di lidah Ling Yi berubah hambar. Semua tidak terasa nikmat sama sekali. Kerajaan Yang begitu luas. Namun tetap terasa hampa.
"Sampai kapan Anda akan menatap makanan itu, Putri?" Xiao Yu datang, dia mengangkat satu tangan agar dayang-dayang itu pergi.
Ling Yi menoleh singkat lalu termenung lagi. Sesuatu di tangan Xiao Yu juga tidak menarik minatnya. Itu adalah kotak makanan untuk kakaknya, Selir Shu yang kini mendekam dalam penjara. Hukuman itu diberikan sendiri oleh raja kerajaan Yang sekaligus putra semata wayangnya, Jinxu.
"Apa ... Anda baik-baik saja?" Xiao Yu bertanya dengan rasa canggung. Ada perasaan bersalah dalam hatinya. Rasanya baru kemarin Xiao Yu menemani sang putri sebagai pelayan. Kini keadaan tidak lagi sama. Xiao Yu adalah tuan rumah dan Ling Yi adalah tamunya. Tentu rasanya akan sangat berbeda.
"Kau masih punya hati bertanya begitu padaku," kata Ling Yi, wajahnya menampakkan seraut kecewa. "Aku datang ke sini karena merindukanmu," sambung gadis itu. Pandangannya beralih ke arah jendela yang terbuka.
Xiao Yu memasang pose berpikir. Kedua alisnya bertaut menampakkan kebingungan yang tak terungkap kan dengan kata-kata. "Putri," panggil Xiao Yu, "Apa orang yang Anda rindukan itu adalah saya?" Dia menunjuk dirinya sendiri dengan perasaan ragu.
Pertanyaan itu membuat Ling Yi melirik ke arah Xiao Yu. "Tentu saja. Menurutmu siapa lagi yang harus kurindukan?" tanyanya.
Menundukkan kepala, Xiao Yu tersipu dengan jawaban sang putri. "Maafkan saya, Putri. Saya kira yang Anda rindukan adalah Pangeran Yang Zheng."
"Zhong Yu?" gumam Ling Yi pelan. Helaan napasnya terdengar berat lalu sebuah senyum pahit terukir di wajah cantiknya. "Semua orang bilang dia sudah tiada. Kau tahu, mendengar itu hatiku terasa terbakar. Malam-malam kulalui dengan mimpi buruk, seolah ingin aku sadar kalau Zhong Yu tidak akan kembali lagi.0 Xiao Yu, apa kau juga berpikir bahwa dia tidak akan kembali?"
Gadis yang ditanyai tidak menjawab meski sang putri terus menatapnya penuh harap. Dalam hati, Xiao Yu menguatkan diri untuk tidak menangis. Belum puaskah dewa menyiksa gadis sebaik Ling Yi, batinnya.
"Baiklah." Ling Yi mulai putus asa dan tidak menatap Xiao Yu dengan wajah penuh harap itu lagi. "Kau juga berpikir kalau Zhong Yu sudah tiada. Lagi pula, yang pergi tidak akan kembali lagi. Tapi hidup ini harus tetap dijalani walau tanpa nya."
Kata demi kata yang Ling Yi ucapkan semakin membuat hati Xiao Yu sesak. Sudah cukup, dia tidak tahan untuk menangis.
Satu kristal bening jatuh dari pelupuk mata Xiao Yu. Digenggamnya erat kedua tangan Ling Yi sebelum bicara. "Saya yakin, Pangeran Yang Zheng akan kembali. Anda harus percaya pada apa yang anda yakini. Dewa menyayangi orang baik seperti Anda. Kalau perlu, saya akan berdoa agar beribu keajaiban datang kepada Anda dan apa yang Anda inginkan dapat terwujud," ucap Xiao Yu berusaha tersenyum di sela-sela isakan tangisnya.
Ling Yi tidak dapat berkata apa pun lagi. Hatinya terasa hangat saat mendengar ucapan Xiao Yu. Segera dia memeluk gadis itu dengan erat lalu berbisik lirih. "Xiao Yu, terima kasih."
Ruangan itu mendadak sunyi dalam keharuan. Ling Yi masih tidak melepas pelukannya. Air mata kedua gadis itu saling beradu. Seperti saudara yang telah berpisah sekian lamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Transmigration of Zhou Ling Yi [END]
Historical Fiction[BUKAN NOVEL TERJEMAHAN] Terseret ke dunia di mana era modern belum dimulai, segala kehidupan rumit nan sulit menjebak jiwa Ling Yi pada tubuh seorang gadis yang sudah mati. Dengan terpaksa menjalani kehidupan sebagai seorang putri setelah terkena m...