Happy Readings
Enjoy
Di tempat peraduan Raja Yang Gaung, Selir Shu duduk di sisi ranjang bersama pria itu. Dia mengusap pipi Selir Shu penuh kelembutan. "Kau terlihat sangat cantik malam ini," pujinya dengan mata berbinar.
"Yang Mulia, Anda hanya mengagumi kecantikanku," keluh Selir Shu dengan nada mendesah.
"Kau memang cantik, Bai Shu."
Selir Shu mengangguk. "Itu benar, Yang Mulia. Jika aku tidak cantik, kau tentu tidak akan mau menyentuhku lalu dengan senang hati kau memberikanku pada Tao Heng si brengsek itu." Selir Shu menyunggingkan sebuah senyum pahit. Dia benci mengakui kenyataan itu.
Yang Guang melepaskan tangannya dari pipi wanita yang menatapnya dengan tajam. "Ah, kau benar. Aku hampir lupa kalau kau adalah barang bekas dari Tao Heng." Ada nada jijik yang terselip dalam ucapan sang raja.
"Aku menemuimu tidak untuk kau hina, Yang Guang!" tegas Selir Shu. Dia meraih tangan raja dan menaruhnya diperut. "Kau tidak lupa, 'kan? Kau memiliki seorang putra denganku."
Dengan cepat Yang Guang menarik tangannya dari perut wanita itu. Tatapan licik Selir Shu membuatnya mundur untuk memberi jarak antara mereka. "Jangan asal bicara!" tegur Yang Guang. "Kau ingin aku mengakui putramu sebagai pangeran Kerajaan Yang?!" tanyanya berapi-api.
"Kenapa tidak? Dia juga putramu. Jinxu berhak mendapatkan haknya di kerajaan ini."
Yang Guang memicing penuh curiga ke arah Selir Shu. "Kau tidak salah mengenali ayah dari putramu, 'kan? Bagaimanapun juga, kau dan Tao Heng--"
"Dia putramu," potong Selir Shu terlalu cepat. "Jinxu adalah putramu! Tidak ada yang lebih tahu selain kau dan aku!"
Sesaat Yang Guang terdiam. Dia berusaha mengingat kejadian bertahun-tahun yang lalu saat dimana dia menyentuh putri tertua dari mendiang Jenderal Bai demi memuaskan hasrat mudahnya yang membara. "Ohh, sekarang aku ingat." Dia tertawa renyah, penuh kepuasan.
"Sehari sebelum pernikahanku dan Tao Heng, aku menyadari saat itu aku tengah mengandung," kata Selir Shu memberi penjelasan.
"Bagaimana kalau dia bukan putraku?" tanya Yang Guang masih berusaha untuk berdalih.
Selir Shu menggelengkan kepala sembari tertawa, menertawakan kebodohan pria di hadapannya. "Yang Mulia, kau sangat hebat," pujinya lebih seperti sebuah penghinaan. "Tidak tahu darah siapa yang mengalir dalam tubuh Yang Zheng, tapi kau sudah berani mengakui anak penghianat itu sebagai putramu. Apa kau lupa? Kau sudah menghabisi seluruh kolega pejabat Wang, dan kau malah menerima benih penghianat itu?!"
Sang raja tidak menanggapi.
"Apa kau terlalu bodoh hingga tidak bisa membedakan yang mana darah dagingmu dan yang mana yang bukan darah dagingmu sendiri?!"
.
.
.
Angin malam berembus pelan, menyusup masuk hingga ke tulang sumsum. Udara dingin membuat gulungan perkamen yang Ling Yi pegang bergetar.
"Yang An si brengsek itu benar-benar keterlaluan!" gumam Ling Yi kesal. "Dia menghukumku hanya karena sebuah pertanyaan?!" gerutunya.
Sudah hampir dua jam Ling Yi berdiri di depan pintu perpustakaan kerajaan. Berdiri dengan memangku setumpuk perkamen yang terasa berat untuknya. Tubuhnya gemetar seiring gadis itu menggigil karena cuaca yang tidak bersahabat.
"Kesalahan apa yang kau lakukan sampai seorang pria tentang seperti putra mahkota menghukum begitu kejam?" Zhong Yu tersenyum menatap Ling Yi yang tidak jauh darinya.
Ling Yi terkejut. "Kenapa kau ada di sini?"
"Hanya jalan-jalan," jawab Zhong Yu santai.
Tapi Ling Yi tidak akan percaya pada ucapan pria di hadapannya itu. Tidak lagi.
"Mau berapa lama lagi kau berdiri di sini? Sampai kau membeku dan mati kedinginan?" tanya Zhong Yu mengejek.
Ah, wajah pria itu selalu membuatnya kesal. Apa Zhong Yu sudah lupa kejadian perang waktu itu? Dia menusuk Ling Yi tanpa hati. Untuk apa lagi saling peduli?
"A-Pei? Tuan Chuan Pei? Apa menurutmu nama yang kupilihkan untukmu itu bagus?"
Ling Yi melotot geram. "Ternyata kau!"
"Kenapa kau begitu kesal? Dulu aku tidak marah saat kau memanggilku dengan sebutan Zhi Zu.
"Huh, kuakui aku menyesal memanggilmu dengan nama itu. Zhi Zu bukanlah orang seperti dirimu. Dan kau tidak pantas disamakan dengan dirinya!"
"Benarkah?" kata Zhong Yu merasa tertarik. "Aku penasaran seperti apa sosok Zhi Zu yang kau banggakan itu. Seberapa istimewa nya dia?" tanyanya dengan nada merendahkan.
"Sangat istimewa," jawab gadis itu singkat. "Zhi Zu ku sangat istimewa," ulangnya hingga Zhong Yu tak bisa berkata apapun setelahnya.
Dia mendengus dan memalingkan wajahnya ke arah lain lalu berlalu pergi meninggalkan gadis itu.
Tak lama berselang, Rong tiba-tiba muncul menghampiri Ling Yi. Pria itu melangkah pelan dan hati-hati, seolah takut jika langkahnya akan menarik perhatian.
Rong menoleh ke kiri dan ke kanan untuk memastikan keadaan sebelum akhirnya menarik tangan Ling Yi dan diam-diam membawa gadis itu pergi.
Ling Yi menghentikan langkah ketika Rong menariknya ke arah pintu gerbang istana. "Kau ini kenapa?!"
"Pergilah!" tegas Rong terdengar kasar.
Ling Yi memiringkan kepala ke satu sisi. "Apa maksudmu?" Kau mengusirku?!"
"Pangeran Yang Zheng ingin kau segera pergi dari sini."
"Kenapa?"
"Pergi saja!"
Ling Yi mendengus. Dia memukul kepala Rong dengan gulungan perkamen di tangannya.
Rong mengaduh karena sakit. "Agh!"
"Jangan coba-coba mengusirku! Atau kau tidak akan melihat tuanmu lagi!" ancamnya membuat Rong mengangkat satu alisnya ke atas.
"Oh, ya? Kau ingin melenyapkan pangeran Yang Zheng?" tebak Rong.
Ling Yi mengangguk. "Kalau bukan dia siapa lagi?"
"Baiklah, aku akan menunggumu melenyapkan pangeran Yang Zheng, kemudian aku akan menyiapkan peti mati untukmu!" desis Rong menakut-nakuti. "Tapi sekarang kau harus pergi dari sini. Setelah itu kau bisa datang lagi dan jika kau mau membunuhku, bunuh juga aku."
"Kenapa kau ingin sekali aku pergi?"
"Pokoknya kau harus pergi. Ini bukan tempatmu, kau bukan bagian dari Kerajaan Yang!"
"Memang bukan," sahut Ling Yi. "Aku datang ke sini juga bukan untuk mengabdikan diri pada rajamu!"
Rong berdecak kesal. Bagaimana dia akan menjelaskan pada gadis itu jika nyawanya sedang dalam bahaya? Dia sudah tidak tahan berurusan dengan Ling Yi. Jika bukan karena permintaan pangeran Yang Zheng, Rong pasti akan membiarkan gadis itu mati di sini!
"Pergilah, Putri Lifei!" kesal Rong karena Ling Yi tetap menahan diri untuk tidak pergi.
"Tidak akan! Sudah kubilang aku tidak ingin pergi dari sini! Jika Zhong Yu ingin aku pergi, kenapa tidak dia saja yang pergi dari sini?!" bentak Ling Yi marah. "Zhong Yu, kau memang tidak tahu diri!" gumamnya geram.
Rong mendengar apa yang Ling Yi gumamkan. Seketika wajanya berubah. Tatapannya datar dan sedingin air yang membeku. Namun kedua tangannya terkepal erat. "Jika tidak ingin pergi, maka jangan pergi. Aku tidak akan memaksamu lagi. Lakukan saja apa yang kau suka dan tanggung akibatnya sendiri!" ketus Rong, marah.
"Ya, aku tidak akan pergi!" balas Ling Yi sama ketusnya.
Dia tidak akan pergi sebelum tujuannya terpenuhi. Tidak ada yang bisa menghalanginya, termasuk Zhong Yu sekalipun.
Tunggu update selanjutnya
Salam manis❤️❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
The Transmigration of Zhou Ling Yi [END]
Historische Romane[BUKAN NOVEL TERJEMAHAN] Terseret ke dunia di mana era modern belum dimulai, segala kehidupan rumit nan sulit menjebak jiwa Ling Yi pada tubuh seorang gadis yang sudah mati. Dengan terpaksa menjalani kehidupan sebagai seorang putri setelah terkena m...