Happy Readings
Enjoyy....
Ling Yi mencoba untuk mengumpulkan semua keberaniannya. "Hamba... tersesat saat hendak pulang," katanya terbata-bata.
Yang An melangkah maju semakin dekat ke arah Ling Yi. Dia mengedarkan pandangan ke segala sisi lalu menyipitkan mata menatap pelayan pribadinya. "Lorong ini lurus dan tidak bercabang. Bagaimana kau bisa tersesat? Chuan Pei, apa yang kau lakukan?" tanyanya curiga.
"Ti-tidak ada, Putra mahkota. Hamba hanya salah jalan--agh!!"
Seketika tenggorokannya mengecil dalam cengkeraman putra mahkota. Tatapan tajam Yang An seakan mengintimidasinya. "Sudah berapa lama kau di sini? Mustahil kau tidak mengenali setiap tempat di istana. Katakan kenapa kau ada di sini?!"
Semakin Ling Yi diam, semakin tangan Yang An mengencang tanpa ampunan. Wajah Ling Yi sudah memerah tapi pria itu tidak peduli. Bahkan dalam kepalanya, dia sudah menargetkan pelayannya itu untuk mati.
Ling Yi berusaha keras untuk melepaskan diri. Tangannya memukul dada pria itu sekuat tenaga.
Lama kelamaan cekikan Yang An mengendur. Wajahnya menampakkan ekspresi heran dan tidak percaya dengan apa yang dia temukan kali ini. Kedua alis pria itu saling bertaut, menunjukkan rasa tidak percaya.
Dia... tidak punya jakun? Apa dia bukan laki-laki? Chuan Pei seorang perempuan?
Begitu banyak pertanyaan dalam benak Yang An. Kenyataan itu seakan memutar otaknya untuk berpikir. Kenapa dia menyamar sebagai lski-laki? Kenapa dia ada di istana? Chuan Pei, apakah namanya benar-benar Chuan Pei?
Ling Yi mencoba menarik udara masuk ke paru-parunya. Lehernya terasa panas akibat cekikan pria itu. Anehnya, sekarang Yang An hanya diam dan tidak lagi bertanya padanya seperti seorang detektif.
Ada apa dengannya, tanya Ling Yi dalam hati.
"Chuan Pei... kau... " Yang An menggantung ucapannya, membuat Ling Yi merasa ada yang salah dengan pria itu.
"Hamba..."
"Tidak ada," sahut Yang An memilih diam atas segala pertanyaan yang membuat kepalanya berdenyut. "Pergilah, lain kali jangan tersesat lagi," katanya langsung dituruti pelayan pribadinya itu.
....
Di ruang kamarnya, Yang An termenung berusaha mencerna apa yang telah terjadi. Pelayan pribadinya adalah seorang perempuan?
Pantas saja dia selalu merasa kalau Chuan Pei itu terlalu lemah dan tidak bertenaga. Teriakan pelayannya waktu itu juga masih terngiang di telinganya. Betapa halus dan jernihnya teriakan Chuan Pei yang tidak kalah dari seorang perempuan, dan nyatanya dia memang seorang perempuan.
"Chuan Pei, kenapa kau berbohong? Apa yang kau sembunyikan?" gumamnya penasaran.
Tak lama seseorang mengetuk pintu. "Putra mahkota, Yang Mulai memanggil Anda untuk datang ke ruang pribadinya."
Suara serak pelayan laki-laki itu membuyarkan lamunan Yang An.
"Aku akan segera menemuinya."
Di ruang pribadi Raja Yang Guang, Yang An mengamati lantai yang basah dan pecahan cawan berserakan. Dia juga melihat sebuah surat di atas meja. Surat itu Yang An sendiri yang mengirimnya.
"Hormat hamba pada Ayahanda." Yang An membungkuk hormat.
"Kenapa dia muncul lagi?!" geram raja. Satu cawan keramik lagi dihempaskan dan hancur berkeping-keping.
"Ayahanda, sebenarnya apa maksud dari ucapan orang itu?"
"Dari tanah yang subur, rumput-rumput tenggelam. Dia yang putih turun menelan. Musim dingin telah berlalu. Yang jatuh terkuncup malu. Yang berdiri akan tegak selalu. Bangga atau malu, yang merasakannya yang akan tahu." Raja mengulangi setiap kata yang tertulis dalam surat yang dikirim putra mahkota. "Jelas dia sedang menghinaku!"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Transmigration of Zhou Ling Yi [END]
Narrativa Storica[BUKAN NOVEL TERJEMAHAN] Terseret ke dunia di mana era modern belum dimulai, segala kehidupan rumit nan sulit menjebak jiwa Ling Yi pada tubuh seorang gadis yang sudah mati. Dengan terpaksa menjalani kehidupan sebagai seorang putri setelah terkena m...