9. Sigh ... El Nino

463 50 18
                                    

"Halo!" Nisrina melambaikan tangannya saat Akmal berjalan ke tengah-tengah kelas yang telah disulap menjadi panggung audisi.

"Halo, hai!" Akmal akting tersenyum canggung malu-malu.

"Perkenalan dulu perkenalan!" Seru gue sambil membenarkan letak kacamata yang gue pinjam dari Irfan.

"Perkenalkan, nama saya GB." Akmal memulai sesi perkenalan dirinya.

"GB?" Vita bertanya.

"GB? Apa itu GB?" Tanya Septian yang duduk di tengah, ditambah nada bicara yang dibuat-buat seperti orang Batak.

"Ganteng Banget!" Jawab Akmal percaya diri dan langsung disambut tawa kencang Jose yang berdiri di sebelah gue dan teman-teman sekelas gue yang ikut nonton di belakang.

"Hahahahaha pede kali kau rupanya!" Ujar Septian di tengah-tengah tawanya.

"Oke GB mau nyanyi lagu apa?" Kali ini giliran gue yang bertanya.

"Saya mau nyanyi lagunya Dewa." Jawab Akmal.

"Lagu lain! Lagu lain!" Vita pura-pura protes keberatan.

"Mantan, ya?" Celetuk gue yang kembali disambut tawa kencang Jose sambil berseru, "You guys so real! This is so funny!"

"Ya udah, saya ganti jadi lagu Kotak." Ujar Akmal kemudian.

"Mau nge-rock gitu ya kamu?" Kali ini Rian yang bertanya dengan nada bicara yang dibuat-buat seperti Anang Hermansyah.

"Oke GB, let's sing!" Nisrina memberi komando.

Akmal yang berdiri di tengah-tengah kelas mulai berdeham dan membenarkan jaket serta topi yang dia pakai terbalik.

Akmal mulai menyanyikan lagu Kotak yang gue nggak tahu judulnya apa. Yang jelas agak sedih gitu liriknya.

Jam pelajaran Matematika kosong. Pak Sutiyo nggak masuk dan kami diberi tugas untuk mengerjakan soal di buku paket. Karena nggak harus dikumpulkan hari ini, anak-anak kelas gue yang emang berisik banget mencoba mencari kegiatan untuk mengisi waktu (read: main).

Ide dari Akmal adalah kami mengadakan audisi Indonesian Idol. Gue didapuk menjadi Ari Lasso, Nisrina jadi Bunga Citra Lestari, Septian jadi Judika, Vita jadi Maia Estianty, Rian jadi Anang Hermansyah, dan Akmal jadi pesertanya.

Oh iya, lupa! Jose jadi Daniel Mananta, katanya. Padahal kerjaan dia ketawa doang daritadi.

Eh ... ada Farel dan Rayhan juga, deng. Mereka ceritanya jadi kameramen. Pakai handphone tapi.

Akmal selesai bernyanyi dan sekarang siap untuk dikomentari. Oh dan juga sesi penentuan apakah dia berhak mendapatkan golden ticket atau nggak. Ya ... ya ... ya ... teman-teman kelas gue emang se-random ini.

"Oke Akmal, meskipun lagunya ini slow ... tapi saya suka ketika kamu memasukkan suara nge-rock kamu di beberapa part. Cara kamu nembak nada tinggi juga oke. Tapi kok ya ... kayak nggak ada feel-nya." Sumpah gue pengen ketawa ngakak saat mendengar Rian menirukan cara bicara Anang Hermansyah. Mana dia pakai ngusap-ngusap dagu segala. "Kamu paham lagunya, nggak? Tahu maknanya, nggak?" Pertanyaan Rian langsung mendapat sorakan dari teman-teman gue di belakang.

"Tahu, Mas." Ini lagi si Akmal sejak kapan dia jago akting begini.

"Apa maknanya?" Celetuk gue.

"Jadi, lagu ini bercerita tentang seseorang yang udah nggak sanggup menjalin hubungan dengan pasangannya gitu, Mas Ari." Akmal menatap gue. Gue hampir lupa kalau gue sekarang sedang berperan sebagai Ari Lasso.

[3] The Book of Us: YOUTH, DREAM.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang