"Seorang tukang parkir mendapat uang sebesar Rp 17.000,00 dari 3 buah mobil dan 5 buah motor. Sedangkan dari 4 buah mobil dan 2 buah motor ia mendapat uang Rp 18.000,00. Jika terdapat 20 mobil dan 30 motor, banyak uang parkir yang diperoleh adalah?" Nino membacakan pertanyaan Matematika yang ditugaskan sebagai Pekerjaan Rumah.
"Gimana, Bang? Gue nggak paham." Lolo yang duduk di sebelah Nino mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Dikali aja itu. Parkir mobil kan goceng, kalau parkir motor dua ribu. Entar ketemu hasilnya." Jawab Utuy yang mulutnya sibuk mengunyah makaroni basah berlumur bubuk cabai.
"Tergantung tempat sama durasinya lah, Bang. Kalau di Istana Plaza sama BIP, parkir mobil tarifnya Rp 3.000,00 per jam, kalau motor Rp 1.500,00 per jamnya." Gue mengalihkan pandangan dari layar handphone setelah mendengar ucapan Lolo.
"Tapi ini nggak tahu tukang parkirnya markirin di mana, nggak ada keterangan di soalnya. Durasinya juga nggak disebutin." Nino menanggapi argumen Lolo.
"Ya makanya ikutin kata gue, kita cari jalan tengahnya. Pakai tarif parkir yang umum aja, yang semua orang tahu. Yang jelas-jelas aja lah." Utuy kembali menyuarakan pendapatnya.
"Bukan gitu cara ngitungnya, ngaco banget!" Gue menengahi sebelum mereka berdebat makin alot perkara tarif parkir ini.
"Sok atuh manéh hitung, Ray!" Utuy menjilati bumbu yang menempel di sendok plastik.
"Ini tuh persamaan linear bukan, sih?" Gue bergabung ke dalam lingkaran yang diciptakan mereka bertiga.
Lolo membalik halaman buku paket Matematikanya. "Sistem Persamaan Dua Variabel (SPLDV). Iya-iya bener, Mas."
Gue meraih bolpoin dan buku tulis, "Caranya pakai eliminasi sama substitusi kalau gitu. Misalnya mobil itu x terus motor itu y. Berarti yang ditanyain adalah 20x + 30y." Gue mulai menuliskan angka-angka pada buku tulis.
"Eh ... gue pernah belajar ini nih dulu." Utuy menanggapi.
"Jorok banget sih Bang, pake dijilatin gitu!" Lolo menatap Utuy meringis.
"Enak tahu, sayang juga bumbunya masih ada." Balas Utuy.
"Lanjut Mas, jadi gimana?" Nino menyenggol lengan gue.
"Tadi, kan, mobil itu x, terus motor itu y, jadi persamaan pertama 3x + 5y = 17.000 terus persamaan ke dua 4x + 2y = 18.000. Nah, kita eliminasi, yang atas dikali 4, yang bawah dikali tiga."
"Kenapa harus dikali?" Tanya Nino.
"Karena kita mau ngilangin x-nya, kan, Mas? Dieliminasi itu diilangin, kan?" Tanya Lolo memastikan.
"Bener banget, Lo! Lo udah paham?" Gue balik bertanya.
Lolo mengangguk. "Udah-udah, gue ngerti sekarang."
"Ih, kok gue belum paham ya? Kenapa harus dikali? Terus kenapa nggak dikali pakai angka yang sama?" Nino membenarkan letak kacamatanya.
"Gini No ... kan kita mau mengeliminasi x-nya. Jadi kita kaliin kedua angkanya biar dapet jumlah yang sama." Lolo menjeda kalimatnya. "Kenapa nggak pake angka yang sama? Karena kita mau dapet jumlah yang sama. Kenapa? Karena, biar pas kita kurangin hasilnya nol. Itulah eliminasi, menghilangkan salah satu variabel."
Gue tersenyum mendengar penjelasan Lolo. "Pinter."
"Oh ... biar hasilnya sama-sama 12, ya? Nanti 12 dikurang 12 sama dengan nol?" Tanya Nino.
"Yes!" Seru gue.
"Coba kalau koefisien x-nya 2 sama 3, dikali berapa No?" Utuy kembali nimbrung setelah menghabiskan makaroni basahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[3] The Book of Us: YOUTH, DREAM.
Teen Fiction[Completed] [Seri ke-tiga The Book of Us] Our dream begin in youth.