"Bukan Lala orangnya?"
Di rumah, gue langsung membombardir Rakha dengan pertanyaan. Rakha harus cerita, dan gue harus tahu. Pokoknya nggak akan gue tahan-tahan lagi.
"Kenapa jadi Nina?" Rakha bertanya bingung.
"Lo PDKT-nya sama Lala!"
"Kata siapa?"
Lah iya juga, ya? Kata siapa? Itu, kan, tebakan dan asumsi gue aja.
Rakha melambungkan bola baseball kemudian menangkapnya, berulang-ulang. "Teh Ody, Ray. Gue suka sama Teh Ody."
Rakha tersenyum kecut sebelum melempar bola baseball yang dipegangnya ke arah gue. "Tapi dia nggak suka sama gue."
Karena nggak siap, alhasil bola baseball yang dilempar Rakha barusan gagal gue tangkap. Bolanya malah jatuh ke lantai dan menggelinding hingga berhenti di dekat lemari. "Ya jelas lah, orang dia punya cowok!"
"Emang kalau dia punya cowok, gue nggak boleh suka?"
"Ya nggak boleh lah, nyet! Pake nanya!" Jawab gue sewot.
"Kata siapa?"
"Ya secara logika, lah! Coba deh lo pikir!"
"Cinta, kan, kadang nggak pake logika, Ray."
Gue mengacak rambut karena kesal. Si oncom malah bawa-bawa lirik lagu. "Ya masa lo mau ngerebut cewek orang?! Lo mau nanya sama siapa juga, pasti jawabannya nggak boleh, lah!"
"Kata siapa gue mau ngerebut? Gue, kan, cuma bilang suka."
"Tapi tadi lo nembak, kan?"
"Enggak, gue cuma bilang gue suka sama dia. Terus bilang kalau gue bakalan nunggu."
"Nunggu apaan?"
"Ya nunggu jadi pacarnya lah! Pake nanya!"
Kali ini gue melempar bantal ke arah Rakha dengan sekuat tenaga saking kesalnya. "Lo bego anjir!"
Rakha sekarang memeluk bantal yang barusan gue lempar, "Nggak usah ngatain gue, Ray. Lo nggak ngerti rasanya suka sama seseorang tuh kayak gimana."
"Gue ngerti ya, nyet!" Balas gue nggak terima.
"Oh ya? Emang lo suka sama siapa?"
"Nggak usah ngalihin topik!" Gue mengibaskan tangan, "Sejak kapan, Kha? Sejak kapan lo suka sama Teh Ody?"
Rakha tampak berpikir, "Mmm ... nggak tahu. Pokoknya udah lama."
Gue berdecak, "Jangan-jangan lo sering ke rumah Abi tuh mau modus, ya?"
Rakha terkekeh, "Hehehehe iya. Gue tuh bawaannya seneng kalau lihat Teh Ody. Pengen lihat senyumnya, pengen denger suaranya, pokoknya gue pengen lihat dia tiap hari."
Waduh kacau, emang beneran lagi nggak ada logika si Rakha. Sekarang aja dia lagi mesem-mesem kayak orang gila.
"Terus sekarang lo mau gimana? Teh Ody punya pacar, Kha. Lo jangan gangguin hubungan mereka."
Ucapan gue barusan seketika membuat ekspresi Rakha berubah. "Gue nggak pernah bilang mau gangguin atau ngerebut atau apapun itu kayak yang lo bilang. Gue suka sama Teh Ody, dan bakal nungguin dia. Is it wrong?"
"Berarti secara nggak langsung lo tuh doain dia putus sama pacarnya."
"Emang!"
Hah! Susah emang ngomong sama orang yang lagi nggak ada logika.
"Yangkung bilang, gue nggak boleh nyerah kalau ditolak. Kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda, Ray." Balas Rakha mengutip kata-kata mutiara absurd yang gue yakin banget dia dapat dari Yangkung.
KAMU SEDANG MEMBACA
[3] The Book of Us: YOUTH, DREAM.
Teen Fiction[Completed] [Seri ke-tiga The Book of Us] Our dream begin in youth.