"Negeri atau swasta sama aja, sih, kata gue mah. Swasta juga banyak yang lebih bagus malah." Utuy mencomot kacang bawang dari stoples yang isinya nyaris habis.
"Emang Bang Utuy jadinya mau daftar ke mana?" Tanya Lolo yang asik tengkurap dengan mata setengah mengantuk.
"ITB! FSRD!" Jawabnya yakin.
Mata Lolo melebar, dia langsung seger. "Serius?!"
"Emang tampang gue ada raut-raut bercanda?" Utuy melempar kacang yang digenggamnya ke arah Lolo yang langsung membuat anak itu mencak-mencak.
"Iiiiih jorok! Nggak boleh lempar-lempar makanan!" Lolo berseru jengkel, melemparkan kembali kacang yang tadi dilempar Utuy. Katanya nggak boleh lempar-lempar makanan, tapi dia lempar balik. Hadeuuuuuh.
"Gantungkanlah cita-citamu setinggi langit. Bermimpilah setinggi langit. Jika engkau jatuh, engkau akan jatuh di antara bintang-bintang." Utuy menepuk-nepuk dadanya, "Otak gue mungkin pas-pasan, tapi di dunia ini ada yang namanya keberuntungan. Meski hanya satu persen, gue yakin banget sama satu persen itu." Ujarnya berapi-api. Tak lupa telunjuknya menunjuk-nunjuk ke udara, kayak Khatib kalau lagi khotbah di hari Jumat.
"Gue kayak pernah denger kalimat itu," gue curi-curi pandang pada layar handphone Nino yang menampilkan percakapan WhatsApp dengan Eyangnya. Lagi ngomongin rencana liburan ke Bali. Yaelah, kirain chatting sama cewek.
"Itu quotes-nya Ir. Soekarno." Abi menimpali. Dia nih kayak cuek, tapi sebenarnya lagi fokus dengerin.
"Tunggu ya, Bi. Kita bakalan ketemu di ITB!" Utuy berkelakar, sedangkan Abi nggak menanggapinya sama sekali.
"Tapi kalau nggak lolos SNMPTN gimana, ya? Gue udah males belajar lagi buat UTBK." Rakha mendaratkan bokong di sebelah Nino. Matanya ikut melirik layar handphone Nino. Kayaknya ikutan baca isi chat-nya juga. Nino kalau udah megang handphone emang lupa dunia, sampai nggak sadar kalau orang di kanan dan kirinya sedang mencuri baca isi handphone-nya.
"Yeeeee ... dibilang mau negeri, mau swasta tuh sama aja!" Utuy menyahut, "Tenang ... di Bandung banyak kampus swasta bagus, kok. Telkom, UNPAR, sama UNISBA bisa jadi pilihan. Nggak usah pusing-pusing."
"Tapi sendirinya juga ngebet pengen masuk ITB!" Nah, kan. Abi tuh pura-pura fokus baca, padahal mah dari tadi fokus dengerin Utuy ngomong.
"Ya siapa yang nggak mau masuk ITB? Berharap tuh nggak salah, kok. Asal jangan ngarep banget sampe ngebatin. Anggap aja SNMPTN tuh lotre. Lolos hoki, enggak pun ya jangan keki. Santai aja santai," Utuy menutup stoples yang kini kosong nggak ada isinya.
"Stigma negeri lebih bagus daripada swasta tuh kayaknya masih melekat erat di masyarakat ya." Utuy kini tiduran di sebelah Lolo dan menjadikan kaki Lolo sebagai bantalan kepalanya. "Kalau menurut gue, kuliah tuh tergantung orangnya. Mau di kampus bagus dan bergengsipun kalau orangnya nggak serius mah sama aja. Ibaratnya, mutiara meskipun ada di dalam lumpur ya tetep aja namanya mutiara, nggak bakal berubah jadi batu kali."
"Tempat itu penting dan sangat mempengaruhi. Mutiara yang ada di dalam lumpur dan mutiara yang ada di laut nggak akan sama kualitas maupun harganya." Abi menutup buku yang dari tadi-entah beneran atau pura-pura-dibacanya. "Sama halnya kayak manusia. Sehebat dan sepintar apapun dia, kalau tempat dan lingkungan tempatnya berada nggak worth to learn and grow, dia nggak akan berkembang."
"Kok, lo judgemental banget?" Utuy menyahut. "Lo sama aja bilang kalau kuliah di kampus swasta nggak worth it, dong? Jangan sombong lo, mentang-mentang pinter!"
"I'm not!" Abi menyanggah cepat. Oke, debat kusir Tom and Jerry season ke sekian akan segera dimulai.
"Gue nggak bilang negeri lebih bagus daripada swasta ataupun sebaliknya." Abi keberatan dengan tudingan Utuy.
KAMU SEDANG MEMBACA
[3] The Book of Us: YOUTH, DREAM.
Teen Fiction[Completed] [Seri ke-tiga The Book of Us] Our dream begin in youth.