40. YOUTH, DREAM

450 37 29
                                    

To My Youth

Sometimes, in this huge world I feel alone
Morning to midnight just scroll my phone
I don't know what I'm searching for
I just feel like empty more and more

The thousands of steps
Take me to the places I've never been
The thousands of breath
For the reasons I don't understand

But I always whisper to myself

It's not the time to say goodbye
Remember that you once laughed
And it's not the time to started to cry
One day you'll say "the worst part had passed"

Sometimes, in a sunny day
I feel like the rain is falling down
Feels like butterflies has the broken wing
And the birds are stop singing

But I always whisper to myself

It's not the time to say goodbye
Remember that you once laughed
And it's not the time to started to cry
One day you'll say "the worst part had passed"

I whisper to myself

No more walking around
With your head down
The worst part had passed
With all the heavy breath

It's not the time to say goodbye
Remember that you once laughed
And it's not the time to started to cry
One day you'll say "the worst part had passed"

And the worst part had passed

Itu adalah lirik lagu yang gue tulis untuk memenuhi ujian praktik dalam mata pelajaran Seni Budaya yang dikolaborasikan dengan mata pelajaran Bahasa Inggris. Gue beri judul To My Youth. Tema besar tugasnya adalah "Myself", dan tiga orang beruntung dari masing-masing kelas lagu ciptaannya direkam dan dibuat CD sebagai kenang-kenangan. Hmm ... tapi gue nggak menjadi salah satu dari tiga orang beruntung itu. Dari kelas gue, yang terpilih adalah lagu ciptaan milik Sylva, Akmal, dan Faiz.

Proses pengerjaan lagu ini lumayan lama, apalagi ketika ngulik nada supaya jadi melodi yang enak didengar. Yang menarik dan menyenangkan dalam pengerjaannya adalah gue banyak dibantu Papa. Terus gue jadi tahu, ternyata main gitar itu susah. Nggak cuma genjreng-genjreng doang. Kita harus paham kunci dan akord. Ujung-ujung jari gue sampai sakit karena harus menekan fretboard dan senar dalam waktu yang lama.

Kalau boleh diibaratkan, menurut gue, hidup itu kayak lagu yang disusun oleh nada, irama, birama, dan tempo. Nada dalam sebuah lagu sama halnya dengan dinamika dalam hidup. Kadang nada tinggi, dan terkadang nada rendah. Semakin tinggi nadanya, maka akan terdengar semakin menantang. Sebaliknya, semakin rendah nadanya, maka akan terdengar semakin berat.

Nada yang punya titik di atas, artinya nada tinggi. Dan nada yang punya titik di bawah, artinya nada rendah. Sama kayak hidup, kadang di atas, kadang di bawah. Kita, termasuk gue, sering berpikir kalau kadang dunia terasa benar-benar nggak adil. Dulu gue selalu merasa kalau hidup gue itu disusun oleh nada-nada rendah semua. Berat rasanya. Bumi berputar, tapi rasanya gue gitu-gitu aja. Tertatih-tatih, terjatuh, dan terluka dalam putarannya.

Dan gue lupa, kalau gue juga sebenarnya punya yang namanya tempo yang bisa gue atur sendiri. Hidup gue bisa gue jalani dengan Adagio, Andante, Allegretto, maupun Prestissimo. Yang jelas, entah itu nada rendah ataupun nada tinggi, semuanya menghasilkan melodi dan harmoni yang akan membuat sebuah lagu menjadi indah. Apa yang membentuk gue saat ini adalah hasil dari nada-nada yang berhasil gue lewati.

"Hati-hati, ya. Dijaga makannya, jangan banyak begadang, terus kalau ada apa-apa langsung kasih kabar." Tante Dinda mengusap-usap kepala gue.

Gue tersenyum dan mengangguk mengiyakan.

[3] The Book of Us: YOUTH, DREAM.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang