1. Seribu lagi ke mana?

1.1K 85 6
                                    

"Tuh, kan, seribunya tuh emang ilang!" Utuy membanting bolpoin yang dia pegang.

"Ya udah, sih, Bang. Timbang seribu doang." Lolo menanggapi sambil lalu. Mata dan jarinya tetap fokus pada layar ponsel pintar keluaran terbaru. Hadiah dari orang tuanya karena dia udah resmi jadi anak SMA.

"Enggak bisa, Lo! Seribu juga berharga. Sembilan ratus sembilan puluh sembilan ribu kalo nggak ada seribu juga nggak bisa jadi satu juta! Ini tuh harus dipecahin! Seribunya harus ketemu!" Utuy mengacak rambutnya kasar.

"Mas ih geli. Sana ah, lo bikin gue nggak konsen!" Nino menyingkirkan tangan kiri gue yang melingkari perutnya. "Ck, ah! Tuh, kan, kalah!" Nino berdecak kesal. Hal itu justru membuat gue semakin merapatkan tubuh gue ke arahnya.

"Bi, lo hitung ulang coba!" Utuy menyenggol kaki Abi dengan kakinya.

"Males." Gumam Abi.

"Katanya lo pinter? Buktiin dong!" Utuy masih bersikeras.

"Gue nggak pernah bilang kalo gue pinter." Balas Abi malas.

"Mas ih awas! Peluk Lolo aja sana!" Nino kembali menyingkirkan tangan gue.

"Hari ini peluk lo dulu, besok baru Lolo, terus lusa giliran Abi." Jawab gue.

"Enggakkkkk! Jangan peluk-peluk gueeeee!" Suara nyaring Lolo nggak bikin gue berhenti memeluk Nino.

"Heh Ray, maneh hitung coba! Asli gue penasaran banget." Utuy melempar tutup bolpoin ke arah gue.

"Iya Ray bantuin! Asli ini seribunya kok bisa ilang, ya? Gue sama Utuy udah hitung berulang-ulang, tetep nggak ketemu." Rakha, yang tengkurap di sebelah Utuy ikut menimpali.

Gue bangkit dari tempat tidur Nino yang super gede dan super nyaman. "Ck, mana coba gue lihat!" Gue berdecak dan bergabung bersama Utuy dan Rakha yang sejak tadi sibuk mencari uang seribu yang katanya hilang.

"Nggak usah ikut-ikutan deh, Ray. Lagian nggak penting juga." Abi yang masih asik dengan buku Ensiklopedia Sains berkomentar.

"Berisik lu!" Tanggap Utuy.

"Si A sedang ingin membeli sepasang sepatu seharga Rp 100.000, namun ia tidak punya uang sepeserpun. Kemudian, ia menghubungi temannya (si B) untuk meminjam uang senilai harga sepatu tersebut. Singkat cerita, si B hanya punya uang Rp 50.000 dan sisanya diperoleh dari si C. Setelah uang terkumpul, si A pun langsung pergi ke toko di mana sepatu itu dijual. Sesampainya di toko, ternyata sepatu yang ia inginkan masih bisa dinegosiasikan harganya. Ia pun berhasil mendapatkan sepatu tersebut dengan harga Rp 97.000. Lalu uang kembaliannya, yang sebesar Rp 3.000 itu, disisihkan Rp 2.000 oleh si A untuk menyicil utangnya kepada si B dan si C, masing-masing Rp 1.000. Dengan demikian, uang yang ada pada si A sekarang hanya bersisa Rp 1.000." Gue membacakan teka-teki Matematika yang sejak tadi menjadi perdebatan Utuy dan Rakha.

"Lagian si A pake banyak mau. Nggak punya uang, tapi pengen beli sepatu." Lolo sekarang ikut duduk di atas karpet.

"Namanya juga teka-teki, Lo." Balas Rakha.

"Ini dari siapa sih teka-tekinya?" Tanya gue penasaran.

"Dari Faisal. Buru Ray! Kalo gue bisa jawab, gue bakal ditraktir bakso Mang Kumis seminggu." Jawab Utuy.

[3] The Book of Us: YOUTH, DREAM.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang