Papa bilang, melipat selimut dan merapikan seprai setelah bangun tidur adalah salah satu dari sekian banyak hal kecil yang mampu mengubah hidup, bahkan dunia. Jika hal kecil itu dilakukan setiap hari secara konsisten, tanpa kita sadari, kita akan menjadi lebih produktif dan disiplin.
Bahkan Papa pernah bercerita katanya pensiunan Jenderal Angkatan Laut Amerika Serikat, William McRaven, menuliskan gagasannya mengenai membereskan tempat tidur ke dalam sebuah buku berjudul Make Your Bed: Little Things Can Change Your Life ... And Maybe the World. Dalam buku itu dia bilang, 'jika kebetulan seseorang mengalami hari buruk, orang itu akan kembali ke tempat tidur yang rapi, memberi penghiburan bahwa besok akan lebih baik'.
Sedikit informasi, Papa adalah orang yang pantang naik ke tempat tidur kalau belum mandi. Dan kebiasaan anehnya ini nurun ke Mas Janu. Ya ... bagus, sih. Tapi, kan, pulang sekolah langsung rebahan itu enak banget, ya?
Kegiatan melipat selimut yang sedang gue lakukan terpaksa berhenti saat layar handphone gue menyala dan menampilkan pop-up chat dari ... siapa ya, pagi-pagi begini udah nge-chat?
From Lala Jutek: Ray, udah bangun?
Oh, ternyata dari Lala.
"Ray, dingin ih! Selimutnya jangan dilipet dulu kenapa, sih?!" Utuy menarik paksa selimut yang sedang gue pegang. Melebarkannya kemudian dia gunakan untuk menutupi tubuhnya sebatas leher.
"Udah siang, Tuy! Buru sana lo balik!" Gue memukul bokongnya dengan guling, tapi dia nggak merespon. Justru semakin membenamkan wajahnya pada bantal.
To Lala Jutek: udah
Balasan gue langsung dibaca, dan nggak lama Lala kembali membalasnya.
From Lala Jutek: lo punya pompa sepeda, nggak?
From Lala Jutek: punya gue dicari2 nggak ada
To Lala Jutek: punya
To Lala Jutek: pake aja
From Lala Jutek: oke deh, tar gue ke situ
From Lala Jutek: thanks
Gue menaruh handphone ke atas meja. Menatap Utuy yang kembali nyenyak dalam tidurnya.
"Tuy," panggilan pertama, gue lakukan dengan halus.
"Utuy!" Yang kedua agak naik nadanya.
"GUNTUR!" Sekarang gue menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya.
Utuy mengerang, tangannya memukul kasur, dan dia terduduk dengan mata setengah terbuka. "Demi Allah, gue sebel banget sama lo sumpah!"
"Sana lo balik!" Gue mengabaikan protesnya dan kembali mencoba melipat selimut.
"Ray, ini tuh hari Minggu! Sekolah libur! Lo mau ngapain, sih?!"
Yeeeee, udah numpang, marah-marah lagi. Gue siram juga nih.
"Udah sana lo balik! Buru, mau gue beresin nih kasurnya."
Utuy meraih handphone-nya yang dia simpan di bawah bantal. Matanya membulat, kemudian dia menatap gue sengit. "Ini baru jam setengah 6 ya, monyet! Anjir, gue nyesel banget nginep di sini!"
Gue mengangkat bahu, "nggak ada yang nyuruh lo nginep di sini."
"Aaarghhhhh!" Utuy mengacak rambutnya kasar. Detik berikutnya dia turun dari tempat tidur dan berjalan gontai menuju pintu. "Ray, gue sumpahin lo susah boker seminggu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
[3] The Book of Us: YOUTH, DREAM.
Teen Fiction[Completed] [Seri ke-tiga The Book of Us] Our dream begin in youth.