..
"Menurutmu, buku yang mana yang harus ku beli? Blue Hour atau Nap Of A Star?"
"Emm ..., aku suka 20CM."
"Kenapa begitu?" tanya Lia dengan alis mengernyit. Menurutnya, hari ini Soobin terlihat berbeda dari biasanya. Lelaki itu juga sudah tidak kaku seperti sebelumnya.
Soobin kemudian menoleh seraya memberikan buku itu pada Lia. "Aku ingin kita sedekat 20cm," jawabnya sembari menebar senyum.
"Maksudmu seperti saat kita sekolah dulu?" Lia kembali bertanya, tapi Soobin hanya tertawa meresponnya. Lelaki itu melirik sekelilingnya, dan ketika dirasa aman, tangan besarnya menarik Lia ke dalam pelukan hangatnya. Tentu saja gadis itu terkejut bukan main. Hei, kenapa tiba-tiba sekali?
"Ah tidak, mungkin sedekat ini hehe. 20cm hanya perumpamaan Lia. Sungguh, aku ingin selalu dekat denganmu." Soobin berujar seraya memandang teduh wajah Lia. Tatapan hangatnya begitu kentara saat menatap mata Lia.
Dan sekarang Lia justru merona hanya karena kata-kata itu. Soobin, kau terlalu dekat, ucap gadis itu dalam hati dengan jantung yang bedebar kuat.
"Lalu?" lirih Lia bertanya.
"Biarkan aku selalu berada di dekatmu. Selamanya."
Jika sudah mencapai tahap ini, Lia yakin, Soobin tidak main-main dengan kata-katanya. Ia kenal betul bagaimana sosok berpostur tinggi itu. Lelaki yang memang terlihat hangat kepada siapapun. Lelaki yang selalu punya motivasi untuk orang lain dengan pikiran positifnya. Lelaki yang bijak pula. Tapi sayang, dulu, Soobin tidak pernah sekali pun memiliki pikiran untuk hal semacam ini. Mencoba menumbuhkan rasa atau sekadar mencari teman hidupnya.
Lia tahu, Soobin yang dulu bukanlah tipe orang yang mau repot mengurusi masalah hati. Tapi lihat, sekarang lelaki itu berubah drastis sejak Lia tidak pernah menjumpainya hampir 200 tahun. Apa Lia terlalu tertinggal? itu tidak mungkin tentu saja.
Lalu Soobin?
"Ini aneh, Lia. Aku tidak bisa membaca gerak-gerikmu. Menerka apa yang kau pikirkan. Dan tidak tahu respon selanjutnya yang akan kau keluarkan. Tapi satu hal yang aku ingin tahu dengan pasti, apa kau gugup ketika aku memelukmu seperti ini?" ujar Soobin masih dalam posisi yang sama.
Benar, ini aneh. Aku juga mereasakannya.
"Siapa yang gugup? Aku tidak."
Tawa Soobin meledak seketika. Ia melepaskan pelukan itu seraya menahan tawanya agar tidak mengganggu pengunjung lain di toko buku ini.
"Ahaha ..., wajahmu tidak bisa berbohong, Lia." Soobin terang-terangan meledek Lia.
Gadis itu mendengus kesal. Percuma menyembunyikannya, toh sebenarnya ia sedang merasakan euphoria hebat saat ini. Ah, kenapa ini jadi memalukan baginya? Bukankah seharusnya tidak?
"Kau menyebalkan!"
"Iya, aku tahu."
"Aku kesal padamu!"
"Iya, aku juga menyukaimu."
..
Gaun putih selutut itu menemani Yeji untuk mencari udara segar bersama Tzuyu di taman dekat rumah Taehyung.
Istri Yeonjun itu selalu mengusap perutnya yang sudah membuncit sembari berjalan melewati jalan setapak di sana. Udara di sana memang menyegarkan . Apa lagi Yeji yang notabenya hamil empat bulan, selama ini ia jarang untuk keluar rumah selain membeli makan atau berkunjung ke rumah orang tua. Pun dengan Yeonjun yang terkadang mendapat jadwal operasi dadakan membuat Yeji sedikit kesepian di rumah. Dan hari ini, Yeji akan merasakan hawa luar sepuasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[i] YEONJI : Turns 7th [✔]
Vampire[on revision] Misteri akan kehidupan di kota yang ia tinggali selama ini satu-persatu terkuak. Yeji, gadis yang bahkan tidak mengetahui siapa dirinya sebenarnya harus diseret masuk ke dalam hidup Yeonjun yang penuh enigma. 𝑻𝒖𝒓𝒏𝒔 𝒕𝒉𝒆 𝒍𝒊𝒕�...