..
"Ayah, itu apa?"
"Ah, ini adalah bajumu sewaktu bayi. Emm, ada baju Hyunjin juga sebenarnya," jawab Seokjin setelah membuka lemari besar di dalam ruangan kosong di rumahnya. Bukan gudang, hanya saja kamar itu tidak ada yang menghuni selain satu lemari besar dan juga sofa panjang di dalamnya. Dan jangan lupakan rak buku kecil di sudut sana.
"Kemarilah. Lihat ini," pinta Seokjin agar Yeji mendekatinya.
Yeji melihat ada beberapa kotak berisi baju-baju mungil nan cantik yang sudah pasti jika itu adalah pakaian bayi. Apakah benar ini miliknya dan Hyunjin ketika masih kecil? sangat menggemaskan.
"Oh, ini lucu sekali. Ini juga..., wahh imutnya," puji Yeji sembari mengangkat baju itu dan merenatangkannya di depan Seokjin.
"Hmm, Yeonjun harus melihat ini juga. Ayah ku bawa dulu ya? okey."
Tanpa permisi, Yeji mengambil kotak itu dari tangan Seokjin dan berjalan keluar dari kamar itu dengan sedikit terburu. Ia bahkan tidak mempedulikan kekhawatiran Ayahnya yang tengah memanggilnya.
"Yak, Yeji! Pelankan langkahmu, kau sedang hamil."
Namun setelahnya Seokjin hanya bisa menggeleng. Ia menatap sisa baju-baju cantik itu di sana. Tertata rapih dan baunya masih harum khas bayi. Sungguh, ia jadi rindu ketika Yeji dan Hyunjin masih kecil. Mereka imut dan juga menggemaskan.
Kedua mata sipitnya. Kulit halus dan putihnya. Serta tawa kecil dari suara paling merdu di dunia. Seokjin merindukannya, dan sekarang lihatlah, putrinya bahkan sudah ingin memiliki buah hati. Dan ia..., juga sudah termakan usia seiring berjalannya waktu.
Mungkin di saat-saat seperti inilah, ia harus memanfaatkan waktu dengan baik untuk putra dan putrinya.
"Kalian sudah besar saja. Ayah merindukan kalian...," lirih Seokjin sembari menutup lemari itu.
Niat awal ingin membereskan barang di sana, namun justru bertemu dengan kotak pakaian itu. Kemudian menjadi teringat masa-masa kecil kedua anaknya. Waktu memang cepat berlalu.
Dan di lain sisi rumah. Yeji yang sudah membawa sekotak pakaian bayi itu mengagetkan Yeonjun serta Hyunjin yang sedang fokus bermain catur.
"Dor!"
"Ya Tuhan jantungku..., Kak, kau mengagetkanku astaga," lontar Hyunjin sembari mengusap dadanya yang masih berdegup kencang.
Sedangkan Yeonjun, bukan terkejut seperti Hyunjin yang ia keluarkan sebagai respon. Tapi tatapan intens. Ya, ia yang sadar jika istrinya itu mengandung langsung berdiri dan mengambil alih kotak pakaian itu dari tangan Yeji.
"Yeji, kau lupa jika diperutmu itu ada Si kecil, hmm? Kau bisa minta bantuan padaku, sayang."
Yeji menganga dibuatnya. Ia benar-benar lupa. Jika Yeonjun tidak menegurnya baru saja, pasti ia akan leluasa bergerak kesana-kemari dan tidak mengindahkan perutnya yang mulai berisi walau hanya sedikit.
"Maaf Yeon, aku lupa..., aku hanya ingin menunjukkan ini padamu. Maafkan aku," ucap Yeji lirih. Ia juga setengah menunduk merasa bersalah.
Namun, Yeonjun buru-buru meletakkan kotak itu di bawah dan beralih memeluk Yeji dengan hangat. Oh, jangan lupakan jika Hyunjin masih di sana dan duduk diam mengamati mereka. Hei, ia juga ingin seperti itu dengan seseorang.
"Tidak apa. Bayi kita sehat dan dia kuat, ya kan sayang?" tutur Yeonjun seraya mendekatkan kepalanya ke arah perut Yeji. Menempelkan telinganya di sana sembari mengusap perut itu pelan.
Ia merasakan sesuatu melalui indra pendengaran dan perasannya. Yeonjun tersenyum lebar, "dia menjawab Ayahnya. Ah, sepertinya dia hebat dalam membela diri nanti," jangan lupakan tatapan mata antara Yeonjun dan Yeji yang sangat manis.
KAMU SEDANG MEMBACA
[i] YEONJI : Turns 7th [✔]
Vampir[on revision] Misteri akan kehidupan di kota yang ia tinggali selama ini satu-persatu terkuak. Yeji, gadis yang bahkan tidak mengetahui siapa dirinya sebenarnya harus diseret masuk ke dalam hidup Yeonjun yang penuh enigma. 𝑻𝒖𝒓𝒏𝒔 𝒕𝒉𝒆 𝒍𝒊𝒕�...