..
"Apakah nyeri di badanmu masih sangat terasa?" kini napas Ryujin memburu, seluruh badannya terasa sakit ketika ia mencoba untuk duduk.
"Lebih baik kau jangan banyak bergerak dulu, lukamu belum kering," saran Yeji sambil menyuapi Ryujin dengan makanan khas rumah sakit.
Rasanya sangat hambar, batin Ryujin. Ia harus memaksakan makanan itu masuk ke dalam mulutnya. Semenjak ia tak sadarkan diri dua hari lalu, ia tidak ingat apa yang terjadi pada dirinya selain tiba-tiba diserang oleh dua orang yang tidak ia kenal, satu laki-laki dan satu perempuan. Mereka sangat cepat, bahkan jurus yang Ryujin pelajari dari jiu jitsu sewaktu sekolah tidak ada gunanya saat itu. Ditambah, ia pulang dengan melewati jalan pintas dekat halte persimpangan, yang jelas tidak ada orang di sana.
Ryujin meneliti tubuhnya sendiri, ada beberapa luka, di lengan atas, pelipis, kaki, dan yang paling parah adalah rasa sakit pada perutnya. Rasanya bak sehabis terbakar sesuatu. Entah Yeji sadar atau memang pandangan Ryujin seperti ingin menyampaikan sesuatu, gadis Hwang bertanya,
"Ada apa, Ryu?"
Ryujin merasa tidak enak jika ia terus merepotkan Yeji, temannya itu pasti sudah menjaganya sejak ia dirawat disini, "tidak ada, kau harus makan, pasti kau lapar."
"Hehe.., kau tahu saja, aku akan beli makanan dulu di kantin. Kau mau dibelikan sesuatu?" tanya Yeji sembari berdiri dari kursi di samping brankar Ryujin. Memang benar jika dirinya lapar, sejak Ryujin sadar ia belum memasukkan apapun dalam perutnya.
"Jus apel sepertinya tidak buruk," jawab Ryujin dengan senyum simpul.
"Baiklah, aku tidak akan lama," setelahnya Yeji keluar dari kamar Ryujin dan melangkahkan kakinya untuk mengisi perutnya yang sudah lapar.
Pagi lalu, setelah ia menginap di ruang rawat Ryujin, Yeji buru-buru bergegas pulang untuk membersihkan diri, karena sejak kemarin dirinya masih mengenakan setelan kerjanya yang formal dan itu sedikit tak nyaman. Masalah pekerjaan, ia sudah menghubungi manager untuk mengambil cuti bersama dengan Ryujin. Mudah saja, karena Yeji tidak pernah libur dan mengambil cuti, pun ia selalu pulang larut karena melembur pekerjaan.
Menghela napas pelan, Yeji membawa nampan berisi makanan itu ke salah satu meja di sana. Rasanya seperti hari-hari berat akan menantinya, tapi yang lebih penting sekarang adalah masalah perutnya. Dan detik kemudian, Yeji merasa bangku depannya diduduki seseorang. Alhasil Yeji mengangkat wajahnya ingin tahu.
"Dokter..."
Yeji tidak menyangka akan bertemu dengan Dokter yang mengoperasi Ryujin. Jujur saja, Dokter itu memang tampan, bahkan sangat, mulai dari kulit putih dan rambut dark bluenya bersama dengan sneli, membuat mata Yeji tak berkedip menatapnya.
"Hai, Nona. Bagaimana keadaan temanmu?" tanyanya sambil sesekali menyantap makanan. Sepertinya mereka mempunyai kesan pertama yang cukup bagus.
"Dia sudah membaik Dokter. Terima kasih," jujur saja, Yeji tidak mengetahui nama Dokter di depannya ini, pria itu tidak memakai id card ataupun pin nama yang membuat Yeji bingung.
"Ahh, syukurlah. Tapi bisakah jangan memanggilku Dokter ketika sedang berdua? itu terlalu formal," ucapnya sembari tersenyum.
"Baiklah, siapa namamu?"
"Yeonjun, Choi Yeonjun."
Ucap pria bersneli itu sambil mengulurkan tangannya, bermaksud ingin menjabat tangan Yeji.
Yeji tidak menyangka, Yeonjun punya senyum yang hangat, tetapi kenapa tangannya dingin sekali? mencoba untuk tidak mempermasalahkan, ia menerima uluran tangan itu dengan senyum pula.
KAMU SEDANG MEMBACA
[i] YEONJI : Turns 7th [✔]
Vampiros[on revision] Misteri akan kehidupan di kota yang ia tinggali selama ini satu-persatu terkuak. Yeji, gadis yang bahkan tidak mengetahui siapa dirinya sebenarnya harus diseret masuk ke dalam hidup Yeonjun yang penuh enigma. 𝑻𝒖𝒓𝒏𝒔 𝒕𝒉𝒆 𝒍𝒊𝒕�...