..
Hari silih berganti seiring berjalannya waktu, dari minggu hingga bulan. Dan sekarang sudah memasuki awal Desember. Juga, sejak Tzuyu dicurigai sebagai tersangka, gadis itu tidak pernah menampakkan dirinya sama sekali, seakan lenyap bak ditelan bumi. Dari sana pula semuanya berubah. Ya, pada semua keadaan.
Better than yesterday.
Mungkin itu yang menggambarkan bagaimana baiknya hari ini. Atau, mungkin sedikit ada kata tidak untuk seorang Antlers satu ini.
"Uhuk-uhuk..., eungh Yeon, kepalaku pusing," keluhnya saat berusaha memuntahkan sesuatu dalam perutnya. Namun, hanya air yang keluar. Tentu sangat menyiksa, bukan?
Yeji mengadu sembari melenguh. Rasanya benar-benar campur aduk. Pusing memang sudah tak tertahankan, tapi mual? jangan ditanya, sejak seminggu lalu ia mulai seperti ini saat bangun tidur. Dengan tanpa basa-basi, Yeonjun langsung mengangkat tubuh Yeji dengan mudahnya dari depan pintu kamar mandi menuju ranjang. Membaringkan istrinya di sana dan menyelimutinya sebatas pinggang.
Tak lupa belaian lembut hadir di kepala Yeji. Yeonjun berucap pelan, "Ibu akan segera datang. Apa kau ingin dibawakan sesuatu?" tanyanya dengan senyum hangat. Jujur saja, merawat Yeji adalah salah satu hal yang Yeonjun sukai.
Namun, Yeji menggeleng dengan lemasnya. "Aku hanya ingin kau menemaniku di sini," pinta Yeji seraya menatap mata Yeonjun lekat, seakan meminta suaminya untuk tidak pergi kemanapun. Kemudian Yeji meraih satu tangan bebas Yeonjun dan menariknya menuju kepala perempuan itu dengan perlahan.
"Dan usap ini juga," pinta Yeji sederhana. Oh ayolah, bagaimana Yeonjun tidak menyunggingkan senyum jika Yeji segemas ini?
Pria Choi mendekatkan wajahnya tiba-tiba. Ia menyatukan kening dan hidung mereka sembari mengusapkan hidungnya dengan hidung Yeji beberapa kali sebelum memberi ciuman hangat pada bibir tipis itu. Jangan lupakan senyuman yang masih bertahan di sana, tak lama setelah itu Yeonjun melepasnya saat merasa cukup. Yeonjun juga berbicara tepat di depan bibir Yeji, "ini yang membuat aku semakin mencintaimu. Aku suka saat kau manja," ungkapnya dengan tawa merdu.
Sungguh, Yeji tak bisa membiarkan Yeonjun tertawa sendirian karena ia sendiri juga sudah memperlihatkan senyum lebarnya. Bak mendapat kekuatan dari Yeonjun, setelah suaminya itu mengusap kepalanya dengan lembut, pening yang menyerang Yeji pun berkurang walau masih terasa mual.
"Yeon, aku ingin–"
cklek.
Batal sudah. Padahal sebelumnya Yeji ingin merasakan pelukan hangat Yeonjun sebelum Jennie datang. Namun, apalah daya, mertuanya itu sudah membuka pintu kamar terlebih dulu.
"Ibu, Ayah...."
"Bagaimana? apa keadaan Yeji masih sama seperti saat kau menelpon Ibu?" tanya Jennie sedikit khawatir.
Bahkan Yeji sendiri tidak menghubungi Ayahnya ataupun Hyunjin jika dirinya sedang tidak baik hari ini. Pekerjaan Yeji? Ia tidak memikirkannya lagi sekarang, ia dan Ryujin bahkan sudah resign dari sana beberapa hari sebelum hari pernihakan Yeji.
Jennie yang sedikit tidak sabar pun langsung duduk di tepi ranjang, menyerukan punggung tangannya untuk menyentuh kulit dahi Yeji yang tampak biasa saja. Sedangkan kedua lelaki itu hanya melihatnya sembari berdiri.
"Apa yang kau rasakan saat ini, sayang?" tanya Jennie.
"Pusingku sudah sedikit berkurang, Ibu, tapi mualnya masih terasa."
"Sejak kapan, Yeji?" Tunggu, Jennie punya hipotesa yang akan jadi kebenaran sekarang.
"Minggu lalu setelah pulang dari rumah Ibu." Mendengar jawaban dari Yeji, Jennie langsung memandang ke arah putranya. Bertanya melalui tatapan mata dan juga batin. Pun Yeonjun yang paham hanya mengangguk sebagai jawaban. Saat itu juga Jennie tersenyum lebar. Ia senang bukan main ketika tahu apa sebabnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[i] YEONJI : Turns 7th [✔]
Vampir[on revision] Misteri akan kehidupan di kota yang ia tinggali selama ini satu-persatu terkuak. Yeji, gadis yang bahkan tidak mengetahui siapa dirinya sebenarnya harus diseret masuk ke dalam hidup Yeonjun yang penuh enigma. 𝑻𝒖𝒓𝒏𝒔 𝒕𝒉𝒆 𝒍𝒊𝒕�...