..
Padatnya kota HyoHera seiras dengan sibuknya orang-orang yang bekerja di setiap sudut kota. Kota clockwise itu tidak pernah lenggang dari lautan manusia, kecuali saat malam datang. Begitu juga dengan pekerja pada tiap-tiap bangunan menjulang di sana. Mereka tidak lepas dari sebuah layar pipih bercahaya yang setiap hari menemani mereka. Hwang Yeji salah satunya, gadis yang selalu berkutat dengan benda itu– bahkan setiap jam dalam hidupnya.
drtttttt... drttttt... drtttttt...
Tidak lama setelahnya, Ponsel Yeji bergetar. Gadis Hwang tahu bahwa benda pipih nan canggih itu memiliki panggilan masuk. Diangkatnya ponsel itu kemudian. Matanya masih setia menatap layar di depan sana, tidak mengalihkan pandangan sama sekali meskipun tahu bahwa mungkin saja itu adalah telepon penting.
pip.
"Halo, Ryujin, ada apa?"
"Maaf, Nona. Aku bukan Ryujin. Temanmu mengalami kecelakaan."
Mendengarnya untuk pertama kali, tentu saja membuat Yeji menegang seketika. Ia menatap layar elektronik itu dengan pandangan kosong. Temannya– Ryujin, kecelakaan? padahal baru satu jam yang lalu Ryujin mengatakan padanya bahwa gadis itu ingin membeli kopi di persimpangan dekat gedung tempat mereka bekerja. Terus terang saja itu membuat jantung Yeji bekerja lebih cepat. Berita buruk apa yang harus Yeji dengar setelah ini?
"Kau siapa? dimana Ryujin sekarang?"
"Aku yang membawa temanmu ke rumah sakit, Nona, akan ku kirim alamatnya lewat pesan."
Tanpa menjawab apa-apa lagi, Yeji memutuskan telepon itu sepihak. Gadis itu bangkit dari tempat duduknya dengan napas memburu. Dengan hanya membawa ponsel dan dompet di dalam tas selempangnya, Yeji bergegas keluar Kantor dan menghentikan taksi yang lewat di depan perusahaan.
Ya Tuhan, semoga luka Ryujin tidak parah. Begitu batinnya, Yeji hanya merapalkan doa untuk temannya itu selama di perjalanan menuju rumah sakit. Yeji bahkan sempat berharap bahwa ini adalah bagian dari halusinasinya saja.
..
Begitu samoai di rumah sakit, segera Yeji langkahkan kaki jenjangnya untuk menuju gedung unit gawat darurat. Bangunan itu memang tidak seberapa besar dibandingkan dengan gedung rawat inap, namun, mampu membuat Yeji buncah. Ya, gedung itu adalah tempat dimana orang-orang yang baru saja mengalami kecelakaan ditangani. Begitu pun jantung Yeji yang terus berpacu seiring langkah kakinya yang semakin lebar. Rasanya ingin cepat bertemu dengan Ryujin.
Resepsionis.
Itulah yang sedang Yeji pikirkan dan tuju saat ini. Sudah enam panggilan telepon yang ia sambungkan ke ponsel Ryujin tapi 'Si penolong' Ryujin tidak dapat dihubungi. Yeji terus berpikir positif bahwa mungkin ponsel Ryujin kehabisan baterai atau mati sesaat setelah meneleponnya tadi.
Yeji buru-buru menghampiri meja dengan plakat 'resepsionis' di depannya. "Dimana kamar Ryujin, Shin Ryujin? Dia baru saja mengalami kecelakaan," tanya Yeji dengan setengah terburu sembari meremat sekat meja resepsionis itu dengan raut wajah khawatir.
"Shin Ryujin- kamarnya ada di nomor sembilan, lantai satu. Kau bisa lewat lorong pertama sebelah sini," jawab resepsionis itu setelah melihat daftar nama pasien di sana dan menunjukkan kepada Yeji jalan yang paling dekat dengan ruangan Ryujin.
"Terima kasih," tanpa ragu Yeji langkahkan kakinya berjalan dengan cepat di lorong gedung rumah sakit itu.
Mata Yeji terus menelisik, mencari dan memperhatikan nomor yang tertera pada pintu tiap-tiap ruangan. Yeji tidak akan sadar sebanyak apa ruangan yang ia lewati untuk menjangkau ruangan Ryujin. Yeji hanya mengira bahwa rumah sakit yang biasa ia lewati saat berangkat bekerja ini begitu besar. atau justru lorong yang tidak berujung.
KAMU SEDANG MEMBACA
[i] YEONJI : Turns 7th [✔]
Vampiros[on revision] Misteri akan kehidupan di kota yang ia tinggali selama ini satu-persatu terkuak. Yeji, gadis yang bahkan tidak mengetahui siapa dirinya sebenarnya harus diseret masuk ke dalam hidup Yeonjun yang penuh enigma. 𝑻𝒖𝒓𝒏𝒔 𝒕𝒉𝒆 𝒍𝒊𝒕�...