Vista Lisha : Pindahan (Lagi)

111 15 12
                                    


Vista Lisha

*******************

Mood ku kembali bagus setelah Suryo datang tadi, semoga mulai dari malam ini, tak ada lagi masalah yang terjadi, biarkan aku hidup seperti biasanya ya tuhan.

Tapi sepertinya doa itu mustahil untuk terkabul, karena aku yakin Papah sudah mengetahui lokasiku sekarang berada, dan akan mengerahkan orang suruhannya lebih banyak lagi, agar membawaku pulang, belum lagi suasana hatiku masih khawatir, karena sampai sekarang Simon belum pulang, semoga saja dia tidak dicegat di jalan oleh Mikael.

Aku pun sudah memutuskan untuk besok pagi akan berkemas dan berpindah untuk sementara waktu, agar sembunyi dari orang papah untuk sementara.

Tapi kemana?

Ting.. nung.. suara bel membuatku kaget, aku menjadi parno karena kejadian tadi siang, "Siapa?" teriakku.

"Ini aku." Terdengar suara Simon di balik pintu itu, aku menjadi lebih tenang sekarang, aku pun membukakan pintunya dan sedikit mengoceh, "Dari mana saja sih kamu hah?"

Tubuhnya melemas karena takut kakanya marah, "Tadi habis dari tempat Mang Kris ngobrol sebentar." Aku tidak biasanya marah seperti ini bahkan jika Simon pulang begitu larut, tapi karena kejadian tadi siang membuatku parno, aku malah jadi mengoceh ke Simon.

Aku tak bisa melihat wajah muram Simon lebih lama lagi, "Ya sudah masuk," Simon pun melaluiku ke ruang tamu sambil melepaskan segala peralatan sekolahnya.

"Orang papah sudah tahu kita disini, tadi mereka menerobos masuk ke dalam apart," ucapku pelan sambil duduk di sofa

"Hah?" kaget Simon lalu bergegas ke tempatku duduk, lalu mengecek semua bagian tubuhku, mulai dari muka sampai ke kaki, "Kaka gak kenapa kenapa kan?" tanya nya.

"Iya, tidak apa apa, tadi ada teman kaka yang kebetulan lewat menolong," jawabku.

"Lalu sekarang bagaimana dong kak?" tanya nya.

"Rencana kaka besok kita pindah dulu untuk sementara waktu, menunggu beberapa saat sampai orang papah sadar kalau kita sudah pindah."

"Kemana kak?"

"Nah itu yang kaka tidak tahu."

Aku dan Simon menghembuskan nafas panjang dan menyenderkan badan kami berdua ke sofa.

"Kemana ya kira kira," tanyaku.

"Teman kaka apa gak ada yang bisa menampung kita?" tanya Simon, aku berpikir sejenak, teman baikku yang paling mungkin untuk ku tumpangi adalah Yumna dan Niken.

Tapi mengingat hubunganku dengan mereka sedang tidak enak untuk tiba tiba ngomong "Yum, aku boleh numpang di rumahmu?" atau "Ken, numpang dong," Aku yang memikirkannya pun geli sendiri, teman macam apa yang tiba tiba minta bantuan sehari setelah ia marah marah.

Aku pun menggelengkan kepalaku kepada Simon.

Kamipun berdiam sejenak untuk berpikir jernih, kami berdua menutup mata kami masing masing, mungkin jika ada yang melihat kami berdua, ia akan mengira kami sedang tertidur.

"Aha!" teriak Simon mengagetkanku.

"Semoga ide yang bagus mon," harapku.

"Bagaimana jika kita ke rumah Mang kris aja?" ucapnya dengan penuh semangat.

"Hm," Aku berpikir sejenak, aku takut menjadi beban disana, karena Mang Kris pun tidak terlalu mempunyai rumah yang luas, hanya sepetak tanah yang di bangun dengan Kayu dan sedikit semen.

Vista [Selesai!!!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang