Vista Lisha: Masa Lalu

36 4 0
                                    


Vista Lisha

********************

Sepertinya memang keputusan yang salah untuk melangkahkan kaki ke lantai bawah, tempat yang malah membawa ku kepada masa masa buruk itu, aku menghentikan langkahku, dan memilih memutar badanku 180 derajat, dan melangkah naik lagi ke lantai atas.

Aku melihat sekeliling lantai atas yang tidak mempunyai perubahan semenjak aku meninggalkan rumah ini, ya, bagaimana tidak berubah, dulu sekali lantai atas ini yang kuingat sangat kosong melompong, tak diisi apapun, sampai aku yang menata dan mengisi segala hiasan yang sekarang ada di lantai atas ini, jadi tak heran jika tidak akan ada perubahan di lantai atas ini jika tidak ada aku di rumah ini.

Aku mengamati sekitar lagi, dan menangkap pintu besar yang daun pintunya terdapat kaca dengan motif bunga yang kupasang, pintu yang mengarah langsung ke balkon, tempat yang dulu sering kupakai untuk bersantai dan teleponan dengan gebetanku sampai 4 jam, di balkon itu sangat nyaman kerena ada sofa 2 seat hijau di sana dengan senderan di satu sisinya, membuat ku bisa selonjoran santai disana menikmati sunset dan indahnya bulan.

Dan di balkon itulah obrolan terakhir ku dengan Mama, sebelum aku meninggalkan rumah ini.

...

"Omongan Papa yang kemarin gak usah kamu pikirin nak," ucap Mama sambil menyingkap beberapa poniku dan meletakkannya di belakang telingaku.

"Tapi aku tetep gak bisa nerima keputusan Papa ma, aku gak bisa nikah sama pria brengsek itu Ma!!" tegas ku setengah berteriak.

Mama memandangku dalam, ada tatapan kasihan yang terpampang di pupil matanya, dan air wajah yang pasrah dengan keadaan, lalu Mama menyentuh lenganku, "Kali ini kamu ikutin yah maunya Papa."

Aku menatap dalam Mama tak percaya, dari dulu biasanya Mama yang selalu membelaku di depan Papa, tapi sekarang ia lebih memilih pasrah pada keadaan, seperti ada ancaman untuk Mama dari Papa yang aku tidak tahu, tapi entahlah.

"Ternyata Mama juga sama aja," ucapku lemas sambil memangku kan kepalaku pada telapak tanganku di besi pagar balkon.

"Kamu tau kan Papa mu orangnya seperti apa?" tanya Mama.

"Si keras kepala itu," geramku, "Tapi biasanya Mama selalu support aku, kenapa sekarang??"

Mama menggelengkan kepalanya pelan, "Untuk sekarang Mama gak bisa buat apa apa Lish, keputusan perjodohan ini sebenarnya sudah Papa rencanakan dari 5 tahun yang lalu, maaf Mama gak pernah cerita tentang ini ke kamu, takut kamu belum siap untuk nerima ini," ucap Mama lemas.

Air mataku mulai terurai, mendengar Mama yang menyembunyikan rahasia sebesar ini dariku, hanya Mama yang selalu mengerti aku, mengetahui jika Mama masih menyimpan rahasia terhadapku, membuat hatiku nyeri.

"Kalau memang itu maunya Papa sama Mama— aku sudah membuat keputusan," ucapku lalu membelokkan posisi badanku agar bisa berhadapan dengan Mama, dan mengangkat lengan Mama, "Aku akan pergi besok pagi dari rumah ma," lanjutku lemas, sebuah keputusan berat yang harus aku pilih, untuk membantah semua perkataan Papa tentangku.

Mama langsung menitikkan air mata setelah keputusan itu keluar dari mulutku, "Apa gak ada cara lain nak?" tanya Mama lembut sambil mengusap pucuk rambutku sampai ke bawah.

Aku menggelengkan kepala.

"Kamu akan pergi kemana? Bagaimana nanti kehidupanmu disana Lish? Siapa yang akan jaga kamu?" tanya Mama berkali kali.

Aku berpikir sejenak, semua pertanyaan Mama itu benar, terlalu pendek pikiranku untuk mengambil keputusan tanpa merencanakan semuanya dahulu.

Tapi tak tahu mengapa otakku yang lemot ini bisa berpikir cepat saat ini, langsung terbesit jawaban jawaban untuk pertanyaan Mama di dalam pikiranku, "Aku akan ke bandung ma, aku akan langsung cari kerja disana," Jawabku, "Dan— untuk siapa yang akan jaga aku." Aku bergeming sebentar, "Biar aku yang menjaga diriku sendiri ma," jawabku dengan bibir bergetar, tampak ragu, bahkan pada diriku sendiri.

Vista [Selesai!!!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang