Vista Leo: Lagi

222 17 9
                                    


Vista Leo

*******************

"Hai."

Sayangnya aku terlalu lelah untuk berpikir jawaban apa yang akan kuberikan, sudah lagi untuk apa aku membalas orang seperti ini yang tidak kukenal?

Akupun meletakkan smartphoneku, dan melemparkan diri ke kasur, pembuatan software itu membuat otakku lelah, untung saja itu sudah selesai, setidaknya tidurku hari ini bisa tenang.

Namun ternyata tidak, pesan dari orang yang tak kukenal itu malah membuat tidurku tak tenang, sungguh menyebalkan.

Jadi pada akhirnya aku sempatkan untuk membalas pesan itu singkat.

Aku: Siapa?

Yah, semoga balasan itu setidaknya bisa membuatku tidur tenang.

...

Kringgg..

Aku dibangunkan oleh suara jam weker ku.

Hari minggu, salah satu hari yang kubenci, karena pada hari ini aku terkadang tidak produktif, terkadang aku seharian hanya rebahan di kasur, tidak melakukan apa apa, siapa pun pasti tidak akan tahu jika orang yang dibilang sangat rajin sepertiku kalau hari libur pun rebahan, aku tidak bisa menutupi kalau otakku pun butuh rehat, aku akan membuang semua buku ku pada hari minggu, dan meninggalkan segala projekan ku, karena aku pun merasa kasihan jika otakku tidak diberikan istirahat sama sekali.

Tapi setidaknya hari ini ada hal yang membuatku tertarik, atau lebih tepatnya orang tak dikenal yang tiba tiba tadi malam memberiku pesan itu yang membuatku tertarik, Ia mengaku bernama 'Icha.'

Aku: Maaf, tidak menyimpan nomor yang tidak penting.

Yang harus kulakukan sekarang hanyalah berhati hati, jangan sampai keingintahuanku akan perempuan ini malah membawa dampak buruk untukku, siapa yang tahu jika dia penjahat? atau penipu?

Icha: Tapi, Suatu saat aku akan penting kok di hidup kamu.

Aku tersenyum miring dan geleng geleng kepala, orang aneh mana yang menggombali orang yang tak dikenal? Apa dia benar seorang perempuan?

Aku: Sebutkan saja apa keperluan anda?

Icha: Tidak ada, hanya ingin mengobrol.

Aku: Maaf, saya lupa memberitahu juga tadi, bahwa saya tidak meladeni hal yang tak penting.

Icha: Kalau begitu, apa hal yang "penting" untukmu.

Aku: Pelajaran, apa lagi yang lebih penting dari itu?

Pelajaran itu sangat penting bukan? orang bodoh mana yang tidak mementingkan Pelajaran? aku tak terdengar seperti kutu buku kan? Itu memang penting.

Icha: Iya, itu memang penting, itulah kenapa aku menghubungimu, aku lemah di akademik, bisakah kau me mentori ku?

Aku menautkan alisku satu sama lain, mulai dari sini aku sudah mulai tertarik, membayangkan aku akan mempunyai murid, membuatku semangat, membayangkan jika aku akan berbagi ilmu dengan muridku, membawanya ke kontes kontes ku, menjadikannya ilmuan sama sepertiku, itu mungkin akan sangat menyenangkan.

Sikap was wasku pun hilang seketika, secara logika, penipu atau penjahat mana yang ingin belajar?


Icha: Dari temanku, ia masuk di UKM majalah kampus

bibirku ber oh ria, aku mengangguk memercayai perkataan Icha, karena seingatku, aku pernah ber kontak dengan salah satu orang dari majalah kampus, untuk diwawancarai tentang kontes di Singapore kemarin.

Vista [Selesai!!!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang