Vista Lisha : Penentuan

39 3 0
                                    

Vista Lisha

*****************

"Lalu bagaimana kamu bisa membeli apartemen ini?"

Degg..

Jantungku seketika berdegup kencang.

Tidak.

Tidak seharusnya Leo menanyakan itu.

Aku harus jawab apa?

'Apa yang harus ku katakan?' batinku.

Aku tidak mau kehilangan Leo hari ini, kenapa dia harus menanyakan hal bodoh seperti itu.

Aaa.. kenapa otakku tidak bisa bekerja dengan cepat sekarang.


"A— Aku— Aku meminjam," jawabku yang terdengar ragu, bahkan olehku sendiri.

"Meminjam? Hm." Leo lalu melihat lihat isi apartemenku dengan matanya, "Apart sebagus ini mungkin sekitar 500 juta."

"Lalu kenapa? kamu gak percaya kalau aku meminjam?" sewotku.

Ayolah Leo, tak bisa kah kau mengganti topiknya.

"Kamu memaksaku percaya seorang mahasiswa meminjam uang 500 juta?"

Aku hanya bisa menegak ludahku sendiri, aku sudah terpojok sekarang, aku mengalihkan pandanganku ke arah TV.

"Lisha."

Tubuhku menegang saat Leo memanggilku.

"Liat aku."

Seperti terhipnotis, aku langsung kembali lagi menghadap Leo, aku tak bisa menahan tekanan ini terus menerus, aku ingin menangis.

Mataku sudah berkaca kaca sekarang, memandang Leo yang akan meniggalkanku karena akan tahu kenyataannya, membuat bibirku tidak bisa terbuka untuk berkata jujur.

Apa ini akhirnya?

Dia berdiri.

Dia ingin pergi?

"Leo," panggilku lemah.

Lalu dia menoleh ke arahku.

"Jangan tinggalin aku." Aku tidak kuat lagi, aku meneteskan 1 air mataku.

Tapi bukan seperti yang kubayangkan, Leo ternyata malah menghampiriku dan duduk di sebelahku, melingkarkan tangannya ke belakang kepalaku, dan menaruh kepalaku di pundaknya.

"Terbukalah hanya denganku, aku, orang yang akan menerima semua kekuranganmu," bisiknya.

Mataku sudah tak bisa lagi menahan air mata ini, maka jatuhlah semua.

Nafaskupun sudah tak beraturan sekarang.

"Aku— aku ini hina— aku kotor— aku seorang pelayan—" jujurku, aku memejamkan mata tak mau melihat reaksi Leo setelah aku berkata jujur seperti itu, "Seks—" lirihku lemah.

Tapi ternyata dia hanya diam.

Aku melepaskan pelukan Leo lembut, "Pergi lah jika kamu ingin pergi Leo, jangan paksakan hatimu," ucapku lalu mengalihkan pandanganku ke TV, karena aku yakin sebentar lagi Leo akan pergi.

Sentuhan hangat menjalar ke bagian punggung tanganku, "Kenapa aku harus meninggalkanmu?" Tangan Leo sekarang memegang tanganku erat.

Aku langsung menatapnya tak percaya.

"Kau— menerimaku?"

"Sejak awal aku sudah menerimamu, menerima semua yang ada pada dirimu, termasuk kekuranganmu," jawabnya sambil menyelipkan rambutku ke belakang telingaku.

Vista [Selesai!!!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang