Vista Leo
******************
"Kita Sampai,"
Aku melihatnya.
Lisha sekarang sedang terpukau dengan tempat ini
Matanya yang berbinar itu mengelilingi setiap inci dari areal air terjun ini, lalu berhenti di indahnya air terjun yang begitu menjulang tinggi.
Lalu dia mulai melunakkan cengkramannya pada tanganku, yang sejak tadi tidak mau lepas dari bagian tubuhku, entah itu tangan, pinggang, bahkan hoodie ku sekarang sudah kusut karena entah berapa kali Lisha mencengkram kuat hoddie ku.
Lalu dia berjalan pelan ke depan, ke arah air terjun tinggi itu,
Mungkin tempat ini terlalu indah untuknya, sampai dia melanggar peraturannya sendiri, aku bisa lihat sendiri, dia sudah berjalan meninggalkanku, bahkan ini sudah lebih jauh dari 5 meter, jarak yang ia tentukan sendiri.
Dia menunduk di sebelah sungai aliran air terjun, dan mencelupkan tangannya, matanya terpejam saat air itu perlahan lahan menyapu area kulit pergelangan tangan nya.
Lalu dia berdiri, dan membalikkan badannya ke arahku, senyum bahagia 5 jari nya terpampang jelas di wajahnya, diapun berlari semangat ke arahku dengan tangan yang sudah di kembangkan.
Lalu loncat ke arahku.
"Indah sekali," teriaknya
Aku menangkapnya, dan kamipun berpelukan walau harus berputar setidaknya 3 kali, karena Lisha terlalu bersemangat meloncat.
"Terimakasih Leo," ucapnya.
"Baguslah kalau kamu suka," ucapku.
"Ayo dong, kamu ajak aku jalan jalan area sini," ucapnya setelah melepas pelukan dan langsung menarik lenganku.
"Duh duh duh sabar dong." Aku harus pasrah tubuhku tertarik kencang oleh Lisha.
Kamipun berjalan mengitari area air terjun Cakra.
"Disana ada pohon apel kalau kamu mau," ucapku sambil menunjuk ke arah pohon apel di seberang sungai.
"Gimana cara kesananya? masa harus lewat sungai?"
"Nah, kita lewat situ," Aku menunjuk jembatan kecil dimana itu pernah dibuat olehku dan juga cakra yang bertahan sampai sekarang.
Kamipun melewati jembatan itu, "Wah jembatannya dari dekat keliatan bagus, kreatif banget yah tempat wisata ini."
"Tempat wisata? Haha, ini buatanku."
"Wah??? Keren banget, kamu buat sendiri?" tanyanya.
"Gak, berdua bareng sahabatku dulu." Sekilas aku mengingat kejadian dahulu saat ingin memulai membuat jembatan mini ini, sungguh perjuangan yang keras untuk mendapatkan kayu, lalu membuatnya menjadi persegi panjang dan merapatkannya menjadi satu.
Langkah Lisha terhenti saat aku mengatakan itu, reflek tubuhku pun berhenti mengikutinya, lalu dia dengan cepat sekarang sudah berada di hadapanku dan menadahkan daguku dengan kedua tangannya.
"el, kamu punya sahabat?"
Aku mengangguk.
"Tapi gak dikenalin ke aku?"
Aku tersenyum miris, andai saja itu bisa terjadi, mungkin itu akan menjadi momen indah mengenalkan Cakra pada Lisha.
"Dia sudah meninggal,"
Mukanya langsung berubah sedih saat aku mengatakan itu, tangannya pun melemas jatuh kebawah, tapi sepersekian detik kemudian dia langsung tersenyum gembira lagi, dan menarikku dengan semangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vista [Selesai!!!]
RomanceMenjual tubuh adalah satu satunya cara untuk Lisha memenuhi kebutuhan dan keinginan berfoya foyanya di kampus, hanya itu yang bisa ia lakukan semenjak kabur dari keluarganya yang ingin menjodohkannya kepada laki laki yang ia benci. Bukan hanya perjo...