Vista Leo
******************
"Bi, bisa tolong buatkan nasi goreng?" Teriakku yang tiba tiba kelaparan di malam hari.
"Oh iya den, segera saya buatkan, den tunggu saja di meja makan," kata pelayanku sembari lari kecil ke arah dapur.
Akupun duduk menunggu di meja makan sambil membaca baca bahan materiku yang akan kuikutkan kontes di amrik, dan sesaat kemudian datanglah Vincent menuruni tangga dan menghampiriku, seperti biasa jika ia ke meja makan, akan selalu mengambil apel dari keranjang buah dan mengunyahnya.
"Gimana sama Lisha?" tanya nya langsung.
"Hm, baik saja," kataku yang tak kehilangan fokusku pada buku, tetapi pertanyaan selanjutnya membuat fokusku buyar dan harus menaruh buku ku.
"Udah tahu latar belakang Lisha?"
"Sudah."
"Lalu?"
"Dia masih belum mau mengakuinya."
Sebentar dia menghentikan kegiatan mengunyah apelnya, dan tersenyum lembut padaku
"Dia masih trauma, mungkin."
"Trauma?" Aku bingung apa yang Vincent maksud dengan trauma.
"Memangnya latar belakang apa yang sudah kau tahu?"
"Rumahnya."
Dia pun mengangguk halus.
"Saat itu..."
Dia pun bercerita panjang lebar tentang hari dimana ia meninggalkan Lisha saat Lisha baru saja menunjukkan rumahnya.
Aku hanya membulatkan mulutku saat mendengar penggalan penggalan cerita dari Vincent.
Apa aku harus melakukan seperti yang Vincent lakukan untuk membuat Lisha terbuka padaku? hanya saja bedanya aku tak akan meninggalkan Lisha saat sudah mengetahui rumahnya.
"Lalu, apa kau sudah mencari tahu tentang bisnis nya?" tanya nya lagi, tekanan pada kata bisnis membuatku mengerti apa yang Vincent maksud.
Aku hanya menggelengkan kepala dengan pertanyaan itu, memang aku sudah memikirkan tentang mencari tahu bisnis Lisha, hanya saja aku belum mau bergerak terlalu agresif.
"Jangan sampai dia makin –"
"Ini den nasi gorengnya," interupsi Pelayan sambil meletakkan nasi goreng ke meja makan lalu pergi.
"Apa yang lu bilang tadi?"
"Pokoknya lu harus cepet cari tahu tentang itu, dan segera hentikan dia semampu lu, jangan sampai dia terjerumus lebih dalam," ucapnya lalu beranjak dari kursinya dan pergi.
Lagi lagi Vincent memberikan beban padaku.
Ini semua tak akan terjadi jika Lisha berterus terang padaku, dia terlalu takut aku marah, padahal tidak, aku tidak terlalu memperdulikan masa lalunya, aku hanya ingin dia, hatinya, pribadinya seutuhnya, bukan latar belakangnya.
Aku menghembuskan nafas berat, entah kenapa ini semua menjadi semakin rumit.
Akupun mencicipi nasi goreng yang telah pelayanku buatkan, dan mendengus pelan.
'Enakan nasi goreng bapanya Lisha.'
*******************
Lisha: ...
Aku: Apa?
Lisha: sudah 2 minggu Leo, dan kamu belum hafal jadwalku?
KAMU SEDANG MEMBACA
Vista [Selesai!!!]
Storie d'amoreMenjual tubuh adalah satu satunya cara untuk Lisha memenuhi kebutuhan dan keinginan berfoya foyanya di kampus, hanya itu yang bisa ia lakukan semenjak kabur dari keluarganya yang ingin menjodohkannya kepada laki laki yang ia benci. Bukan hanya perjo...