4. Fakta

103 6 17
                                    

Takdir adalah fakta. Sementara manusia tidak berdaya untuk mengubahnya.

~~~

Happy reading, guys!🤗

••

"Berlian! Tunggu!" Panggil Aries. Ia harus berlari demi mengejar Berlian.

Berlian menoleh, namun tidak menghentikan langkahnya. Ia hanya memperlambat langkahnya saat Aries sudah di sampingnya dan mengiringi langkahnya.

"Berlian, sorry ya." Ungkapnya membuat Berlian menatapnya bingung. "Lo pasti kesinggung sama ucapan gue tadi." Asumsi Aries saat sempat melihat raut wajah Berlian yang sedikit sendu saat pergi tadi.

Berlian tersenyum lembut. "No. Gue gak kesinggung ko'. Santai aja." Jawabnya. "Lagian gue ngerti. Sebagai pacar, lo pasti gak suka kalo Angkasa deket sama cewe lain." Lanjut Berlian.

Aries tertegun mendengar ucapan terakhir Berlian. Hanya sesaat hingga tiba-tiba saja ia tertawa dengan keras. Refleks langkah Berlian terhenti karenanya. Tatapannya berubah tajam saat menatap Aries.

"Kenapa lo ketawa?" Tanya Berlian, sementara Aries masih belum berhenti tertawa.

Sesaat tawanya terhenti. "Jadi, lo pikir kalo Angkasa itu pacar gue?" Lagi-lagi Aries tertawa keras setelah menyelesaikan pertanyaannya.

Dahi Berlian benar-benar mengerut melihat reaksi Aries. "Iya. Emangnya kenapa?" Tanya Berlian tak mengerti.

Aries berusaha menghentikan tawanya. Ia mengambil nafas sedalam mungkin kemudian membuangnya perlahan demi melegakan ruang pernapasannya.

Aries menatap Berlian dengan lekat. "He's not my boyfriend." Jawab Aries, membuat pandangan Berlian refleks melebar.

"Maksudnya? Dia bukan pacar lo?" Aries mengangguk, membenarkan. "Terus?" Tanya Berlian lagi.

Aries menghela nafas sekilas. "Dia itu sepupu gue." Jawabnya.

Kerutan di kening Berlian masih belum hilang sempurna, pasalnya ia masih belum yakin sepenuhnya dengan jawaban Aries. Sikap Aries pada Angkasa tadi terlihat bukan seperti pada seorang sepupu. Sikap posesif pada seorang kekasih lebih mendominasi tadi. Begitupun cara Angkasa memperlakukan Aries.

"Gue emang sering bercanda kaya gitu sama dia. Suka aja gitu kalo ngejailin dia kaya gitu." Ungkap Aries.

Entah kenapa ada sebuah kelegaan di hati Berlian saat mengetahui bahwa Angkasa bukanlah kekasihnya Aries, melainkan sepupunya. 'Ck, gue mikir apaan sih?' Lagipula apa urusannya dengannya? Apapun hubungan yang dimiliki Angkasa dan Aries, harusnya itu tidak berpengaruh padanya, kan?

"Dan lo jangan salahpaham sama ucapan gue tadi, ya. Sebenernya Angkasa tuh anaknya baik ko'. Dia bukan tukang modus kaya yang gue bilang tadi. Gue emang suka ngeledek berlebihan kaya gitu sama dia. Tapi sebenernya dia itu orangnya tulus banget ko'." Lanjutnya menjelaskan, sementara Berlian hanya menyimak.

"Menurut gue sih dia tuh cowo yang paling lembut yang pernah gue kenal. Selama gue kenal dia, dia gak pernah marah pake kata-kata kasar, apalagi sama cewe. Walaupun gue sering banget bikin dia kesel kaya tadi, tapi dia gak pernah marah sama gue. Paling cuma ngomel-ngomel sama so'-so'an judes doang. Padahal aslinya mah gak judes, malah manis banget." Entah kenapa Aries jadi menceritakan tentang Angkasa pada Berlian.

"Cewe manapun pasti bakal suka sama dia. Tapi sayang, gue gak bisa suka sama dia." Lanjut Aries.

Dahi Berlian mengerut, bingung. "Kenapa?" Tanyanya.

Angkasa BerlianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang