68. Harapan

65 2 13
                                    

Terakhiran up sebelum paket abis😂 So, keep enjoy and let's reading!🤗

°°

Harapan selalu ada. Namun kenyataan pahit terkadang menjadi musuh terbesarnya.
~~~

••

Sebenarnya ini waktunya untuk membuka mata. Namun ketahuilah, ia masih merasa nyaman dalam gelap. Tenang rasanya. Ia tahu banyak hal yang sedang menantinya saat ini, hanya saja kumohon beberapa menit lagi, aku masih mengantuk.

Hingga akhirnya ia merasakan sentuhan lembut di dahinya. Sesuatu yang mungil, lembab, dan ia bisa membayangkan betapa manis rasanya. "Bunda." Suara serak khas bangun tidur mengintrupsi dirinya. Tapi tidak, biarkan saja dulu. Let's see, berapa lama Dia bertahan untuk membuatnya terbangun?

Kini kecupan itu turun menuju kedua matanya, bergantian dan sangat lambat. Hebat sekali Dia melakukannya, hingga Berlian nyaris merinding setengah mati. Ya, Berlian. Namun ia mencoba bertahan dalam diam, membiarkan kecupan itu terus berlanjut di setiap sisi wajahnya. Hidungnya, kedua pipinya, dagunya, dan.. sesaat kecupan itu berhenti.

Masih terdiam, Berlian menunggu. Hingga akhirnya, cup* kecupan kali ini berhasil mendarat tepat di bibirnya. Terkejut? Tidak, sama sekali. Justru di dalam diri Berlian sedang bersorak seolah merasa menang dalam sebuah permainan. Itu masih dalam diam, ia masih belum berniat untuk bergeming sedikitpun.

"Ah! Bunda culang!" Lucu, nyaris saja Berlian tertawa mendengarnya. Bisa dipastikan jika wajah imut itu sedang merengut tak terima saat ini. "Zy, 'kan, udah kasih molning kiss. Kenapa Bunda masih gak mau bangun?" Protes, namun suara menggemaskannya justru membuat Berlian ingin terus bertahan dalam diam.

"Bunda bangun!" Cup cup cup* Bukan menggoyangkan tubuh layaknya cara umum saat membangunkan seseorang, namun dia—Zy—mengecup bibir Berlian berkali-kali demi membuat wanita itu—bundanya—segera membuka matanya.

Oke, Berlian mulai kewalahan menahan kecupan bertubi-tubi yang masih berlangsung hingga kini. Akhirnya ia memilih menyerah. Perlahan membuka matanya, namun masih menjalankan perannya, seolah tak tau menahu soal rengekan bocah mungil itu baru saja.

Dan, hal pertama yang menyambut pandangannya adalah nyala biru iris mata bocah lelaki—yang berusia sekitar dua tahun—yang perlahan mulai berbinar. Memang iris matanya didominasi warna biru terang, namun ada garis berwarna coklat terang ditengah-tengahnya.

Ah, sepertinya saat di dalam rahim, gen bunda dan gen ayah sama-sama tidak ingin mengalah untuk mengambil alih warna mata putranya. Hingga akhirnya 'mereka' bergabung seperti ini, ya meski sang bunda yang masih memenangkan 'pertarungan' itu. Dan Berlian sangat bersyukur karena warna iris mata indah biru terang miliknya bisa didapatkan putranya. Sebenarnya warna coklat terang juga sama indahnya, tentu ketika ia sedang memuji suaminya itu.

Mengukir senyuman manis, kini giliran Berlian yang menelusuri setiap sisi wajah manis nan tampan itu. Tentu dengan cara yang sama. Bermula dari keningnya. Kening itu 'milik' ayahnya, sebenarnya sulit memprediksikannya, namun nampaknya lebih mirip dengan sang ayah saja. Tak ingin tertinggal, kedua alisnya pun menjadi sasaran kecupan Berlian. Alis itu tidak bisa dikatakan milik bunda atau milik ayah, mengingat keduanya memiliki alis yang tebal, maka tentu saja putranya pun memiliki alis yang sama. Kedua matanya, itu milik ayah karena bentuknya yang sipit, bulu matanya yang lentik dan tebal pun lebih mirip ayah. Kemudian hidung, meski belum tampak seratus persen, namun bisa dipastikan itu calon milik bunda. Dan pipinya, sebenarnya ini juga sulit, namun jika melihat ke masa kecil, nampaknya itu milik bunda. Dagunya terlebih dulu, itu masih milik bunda karena memiliki sedikit belahan. Dan terakhir bibirnya, sama persis dengan ayah. Sedikit tebal, merona dengan warna pink alami, dan rasanya sama-sama manis saat 'dicicipi' indra perasa. Dan Berlian sangat candu akan rasa manis kedua bibir itu. Ah!

Angkasa BerlianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang