57. Kissing You

61 4 27
                                    

Ups! Ada sesuatu yang baru nih! Apa ya? Jangan sambil tutup mata bacanya, nanti gelap dan gak bisa kebaca🤣 Okay, let's reading and be happy🤗

°°

Percayalah, ini yang pertama. And i'm so sorry for that.
~~~

••

"Tuh 'kan, seru makan sambil ngeliatin mobil-mobil lalu lalang kaya gini." Gadis pemilik iris mata berwarna bright grey itu berujar semangat di tengah-tengah suapan makannya.

Mereka sudah mendapatkan tempat yang mereka rasa cocok. Duduk bersampingan di bawah naungan tenda sederhana, keduanya tampak begitu menikmati mie ayam yang tersaji di hadapannya masing-masing. Menu dan tempat yang sangat sederhana, namun seperti yang dikatakan Rain, suasana yang baru dirasakan ini menambah cita rasa makanan dan kenyamanan menjadi bertambah.

Galaksi merotasikan pandangannya, menatap Rain yang tengah asyik memperhatikan kendaraan-kendaraan yang berlalu lalang di hadapannya, padahal ini bukan pemandangan yang asing baginya. Antusias di wajah gadis itu membuat senyuman mengembang begitu saja di bibir Galaksi.

"Gue baru pertama kali makan di pinggir jalan kaya gini." Galaksi mengungkap, dan ia langsung mendapatkan perhatian dari gadis itu. "Dan bener kata lo, makan di pinggir jalan kaya gini ternyata seru. Sederhana, tapi punya kesan tersendiri." Rain tersenyum puas mendengar pengakuan Galaksi yang satu ini.

"Makasih udah ngasih pengalaman baru buat gue." Lanjut Galaksi pada akhirnya. Namun Rain segera menggeleng dengan cepat.

"Aku juga baru pertama kali makan di pinggir jalan kaya gini." Rain menyangkal dengan ungkapan, dan itu membuat dahi Galaksi tampak mengerut. "Sebenernya udah lama aku pengen kaya gini. Cuma kak Asa selalu ngelarang." Mengerucutkan bibir di akhir kalimatnya, Rain cukup kesal kala mengingat Angkasa yang selalu menolak setiap kali ia meminta untuk menikmati makanan di pedagang kaki lima.

Semakin mengerut dahinya, "Emangnya kenapa?" Galaksi penasaran. Namun Rain menanggapinya dengan gelengan serta mengangkat bahunya sekilas, tanda ia pun tak mengerti mengapa Angkasa selalu melarangnya.

Sama-sama tak memiliki jawabannya, mereka memutuskan untuk menyudahi pembicaraan itu sampai disana dan melanjutkan kembali aktivitasnya. Galaksi kembali berkutik pada mie ayam di hadapannya, sementara Rain meraih gelas berisikan es teh manis kemudian meneguknya.

Belum sempat Galaksi memasukkan mie ayam disendoknya ke dalam mulut, mendadak sebuah motor vespa melintas di hadapannya. Parahnya, bukan hanya mengeluarkan suara bising, motor itu pun menciptakan asap tebal saat melintas.

Sesegera mungkin Galaksi menyimpan kembali sendoknya kemudian menutupi hidung serta mulutnya agar tak mengirup asap knalpot motor vespa tersebut. "Astaga, jarang dikasih jajan kayanya tuh motor." Menggerutu, jelas ucapannya adalah sebuah sindiran.

"Ohok ohok!" Suara batuk di sampingnya berhasil menarik perhatiannya. "Rain?" Dalam sekejap Galaksi panik. Pasalnya bukan hanya batuk, Galaksi melihat Rain memegangi dadanya dan sepertinya tengah kesulitan bernafas. Sial! Ini pasti karena asap knalpot motor tadi.

Galaksi meraih kedua lengan Rain, "Lo bawa inhaler gak?" Galaksi bertanya, dan sialnya Rain menggeleng. Pagi tadi ia benar-benar lupa untuk memasukkan inhalernya ke dalam tas. Sementara sekarang ia merasakan pasokan udaranya semakin menipis. Mencengkram baju di bagian dadanya, Rain semakin merasa sesak hingga berujung sakit pada jantung serta paru-parunya.

Demi Tuhan, Galaksi panik bukan main. Ia kalang kabut. Apa yang harus dilakukannya sekarang? Ya, hanya satu yang bisa ia lakukan. Dan tanpa mengulur waktu, Galaksi segera melepaskan almamater yang dikenakannya.

Angkasa BerlianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang