Seolah dia belum benar-benar pergi. Dia masih disini. Bersamaku. Bersama kalian.
••
Lengkap. Sempurna. Semuanya tampak indah dan cantik, bahkan mampu memukau siapapun yang melihatnya, dan tentu mereka akan mendecak kagum begitu memasuki ruangan utama.
Sebenarnya sudah seratus persen rampung. Namun Melati masih tampak mondar-mandir, memastikan semuanya aman dan tidak ada masalah. Ia tidak akan membiarkan ada satu hal pun yang kurang dalam acara berharga ini.
Sementara itu, di meja utama dengan delapan kursi yang melingkarinya, Raja sudah duduk tenang. Sebenarnya tak sepenuhnya tenang karena melihat Melati yang sejak tadi tak mau diam, tapi apa yang bisa dilakukannya? Memang tak ada pekerjaan lagi yang membuatnya harus membantu. Ia pun sudah beberapa kali mengingatkan Melati untuk tenang atau setidaknya duduk santai, tapi Melati tetap tak bisa berdiam diri. Mungkin karena terlalu semangat dan antusias. Ya, tentu saja.
Malam ini, pemuda pemilik iris mata berwarna coklat gelap itu tampak lain dari biasanya. Sebenarnya tidak biasa mengenakan pakaian formal, namun ia harus memaksakannya untuk malam ini. Tetap dengan alasan tidak nyaman, ia lebih memilih hanya mengenakan kemeja berwarna navy tanpa dibaluti jas. Simple dipadukan dengan celana dan sepatu yang sama-sama berwarna hitam. Ya, minimal itu cukup aman dalam acara seperti ini, 'kan?
Nyaris setengah dari tamu undangan sudah datang dan memenuhi ruangan kala Angkasa menuruni anak tangga menuju tempat yang akan menjadi saksi bisu dalam pengikatan cintanya bersama Rain.
Jangan tanyakan rupanya kali ini. Bisa dibayangkan, baru tiga langkah menuruni anak tangga, ia langsung menjadi pusat perhatian, terutama kaum hawa. Mungkin mereka—yang sebagian besar teman Angkasa—sudah terbiasa melihat pemuda itu di kampus. Namun kali ini pemuda pemilik iris mata berwarna coklat terang itu tampak sangat berbeda. Lebih tampan, mengagumkan dan mampu membuat anak gadis orang kehilangan fungsi mengedipkan matanya. Tangannya yang kosong tanpa menggenggam sesuatu, membuat semua gadis ingin langsung meraihnya dan menggenggamnya dengan seerat mungkin.
Ah, sudahlah. Sadar diri, kalian. Dia sudah menjadi calon tunangan orang lain.
Saat Angkasa nyaris mencapai meja utama, barulah Melati menghentikan diri untuk menyibukan dirinya sendiri. Segera bergerak kakinya menghampiri posisi Angkasa dan Raja yang kini sudah saling berhadapan.
"Gimana Rain? Udah siap, nak?" Baru mencapai kedua putranya, Melati langsung melontarkan pernyataan itu pada Angkasa.
Menggelengkan kepalanya pelan, "Belum, Bunda." Angkasa menjawab. "Angkasa juga gak tau udah sampe mana siap-siapnya. Angkasa gak dibolehin masuk sama Aries, padahal cuma mau mastiin doang." Lanjutnya setengah mengadu.
Melati tampak mengukir senyuman gemas kala mendengar pengaduan Angkasa. "Maklumin aja. Perempuan emang suka lama siap-siapnya." Jelasnya lembut. "Dan tenang aja, nanti juga kamu bisa puas-puasin natap dia." Jelas, Melati melanjutkan ucapannya untuk menggoda Angkasa. Dan langsung ditanggapi oleh kekehan kecil dari Raja, sementara yang digoda hanya menampilkan senyuman manis semanis madu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa Berlian
Fiksi Remaja"Gerhana Berlian Season 3" Ketika Angkasa Diam-Diam Merindukan Senja-Nya "Lo harus sadar kalo sekarang gue adalah makhluk yang bukan manusia lagi. Sekuat apapun lo berontak, kita gak akan pernah bisa bersatu selayaknya pasangan normal." 'Gerhana Leo...