9. Sayang

93 5 20
                                    

Sebelum ada satu nama yang bikin kalian salah fokus dan berfikir kurang baik tentang cerita ini, apalagi tentang saya, mohon baca pemberitahuan di pengujung part ini, ya? Thank you. Happy reading and be enjoy it!🤗

 Happy reading and be enjoy it!🤗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Peluk aku, katakan, kau milikku. Oh, sayang.
~~~

••

Iris mata berwarna biru terang itu. Angkasa menyukai cahaya yang terpancar dalam sorotannya. Namun ia tidak menyukai sendu yang harus menguasainya. Angkasa yakin, wajah itu pasti akan terlihat indah jika dihiasi senyuman dan kebahagiaan. Bukan dengan luka dan penderitaan seperti ini.

Penyebabnya ia sudah ketahui. Namun kisah lengkap di balik luka dalam itu, ia belum memahaminya. Ia sangat ingin bertanya. Tentang banyak hal. Tentang apa, mengapa dan bagaimana semua itu bisa terjadi.

Tapi tidak. Ia merasa ini bukan waktu yang tepat. Wajah itu sudah terlalu banyak menanggung luka. Jika ia bertanya satu pertanyaan lagi saja, maka luka itu pasti akan semakin bertambah. Ia harus menunggu waktu yang tepat untuk mengetahui semua kisah tentang sosok Gerhana yang selalu disebut Berlian dalam setiap tarikan nafasnya.

Tangan Angkasa bergerak menekan tombol on radio. Sengaja ia menyetel lagu demi memecah keheningan antara dirinya dan Berlian selama dalam perjalanan pulang.

Dengan begitu ku berhenti untuk terus mencari

Karena ku telah temukan pawang hati

Mengisi kesempurnaan hidup ini

Jangan kau pergi lagi

Alunan lembut itu membuat Angkasa terlarut dan ikut bersenandung dengan suara indahnya. Jari telunjuknya mengentuk-ngetuk stir mobil sembari menikmati lagu kesukaannya itu.

"Walau terkadang kau tak mengerti. Betapa besar rasa ini. Peluk aku, katakan, kau milikku. Oh sayang--" Refleks nyayiannya terhenti saat tanpa sengaja bola matanya bertemu tepat dengan bola mata milik Berlian.

Berlian menatapnya tanpa ekspresi, sementara ia merasa terkejut sendiri saat menyadari tatapannya jatuh pada Berlian setelah mengatakan sayang dalam lirik lagunya.

"Sayang." Salah tingkahnya membuatnya tanpa sadar kembali berucap demikian, kali ini tidak bernada dan memang bukan bagian dari liriknya.

Beberapa saat Angkasa terdiam menatap Berlian dengan lekat. Beruntung jalanan tidak terlalu ramai, membuat laju mobilnya aman terkendali meski fokus Angkasa bukan lagi pada jalan.

Sesaat setelah tersadar, refleks tangannya bergerak untuk menutupi mulutnya sendiri. 'Astaga. Mulut gue kurang kontrol nih.' Keluhnya membatin. Segera ia alihkan pandangannya, berusaha fokus pada jalan lagi. Meski salah tingkahnya semakin terlihat jelas saat ia menggaruk ujung hidungnya dengan gelagapan.

Angkasa BerlianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang