Keraguan ini justru membuatku ingin egois. Bolehkah aku egois? Aku ingin dia!
~~~••
Masih dalam posisi yang sama, ikatan iris mata berwarna biru terang miliknya masih lekat pada wajah tenang Raja saat masih terlelap. Rambut lurus nan lembut milik Raja terus menjadi incaran pergerakan tangannya.
"Gue ngerti perasaan lo." Begitu banyak asumsi tentang Raja dalam pikirannya, hingga tanpa sadar ia bergumam demikian.
"Makasih udah cinta sama gue sampe segininya, Raja." Semakin dalam perasaannya, mungkin ini yang pertama kalinya ia mengungkap terimakasih atas cinta yang dimiliki Raja untuknya.
"Tapi maaf," Namun rasa terimakasih yang baru terungkap harus diiringi dengan kata maaf. "Bukan gue gak mau. Tapi banyak hal yang bikin gue gak bisa ngebales cinta lo sampe sekarang." Melanjutkan ucapannya, dalam sekejap pikirannya langsung menumpuk oleh hal-hal yang menjadi penghalang cinta Raja selama ini.
Sekilas menutup mata rapat, Berlian tampak menghela napas dalam. Kembali menatap wajah Raja yang masih belum terusik, "Mungkin gue emang egois." Berlian menyalahkan dirinya sendiri.
"Tapi gue gak bisa nyangkal kalo hati gue masih belum ikhlas buat ngelupain semua tentang Gerhana gitu aja. Gue udah berusaha ngebuka hati gue, bahkan gue nyaris berhasil. Tapi ujungnya tetep aja sama, gue gak bisa ngebuka hati gue buat orang lain." Mulai resah, tanpa sadar Berlian melirih.
Napas panjang kembali terhela hanya demi untuk menjeda ucapan. "Rasanya situasi makin rumit. Bahkan sekarang cinta lo harus terhalang sama abang lo sendiri." Jelas, ia sedang menyalahkan. Namun entah siapa yang harus disalahkan dalam hal ini, ia pun merasa tak berhak untuk menyudutkan pemuda pemilik iris mata berwarna coklat terang itu.
Angkasa. Hanya mengingat namanya saja sudah berhasil menekan dinding jantungnya. Entah sejak kapan perasaan cinta bisa menjadi beban berat seperti ini. Perasaan yang harusnya disyukuri, justru terasa begitu menyakiti hatinya saat Angkasa yang memberikannya.
Sudah begitu keras ia menghempaskan segala asumsi diatas dalam pikirannya dan meyakinkan diri 'everything is fine'. Berusaha mengikhlaskan, melupakan, dan bahkan kini ia mencoba untuk melepaskan kembali. Tapi apalah daya, terkadang hati memang membingungkan pemiliknya sendiri.
"Sorry, Raja." Berlian kembali mengungkap maaf. "Gue rasa cinta lo semakin jauh. Gue bukan cewe yang tepat buat lo. Dan gue gak akan pernah bisa jadi pendamping yang terbaik buat lo." Begitu dalam permasalahannya, hingga ia merasa jika bersatu dengan Raja adalah hal yang sangat mustahil.
Kembali tangannya bergerak untuk mengelus rambut Raja, "Sekarang lo bener-bener harus berusaha ngebuka hati lo buat Aurora. Lo harus memerangi rasa benci lo sendiri. Gue yakin lo pasti bisa, Raja." Benar-benar ingin membuat Raja mengerti akan situasi sulit yang sedang terjadi saat ini, namun sayangnya Raja tidak bisa mendengar apapun yang diucapkannya. Dan ya, mungkin ia pun tak akan seberani ini mengungkap hal sebesar ini secara terbuka jika Raja sedang mendengarkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa Berlian
Teen Fiction"Gerhana Berlian Season 3" Ketika Angkasa Diam-Diam Merindukan Senja-Nya "Lo harus sadar kalo sekarang gue adalah makhluk yang bukan manusia lagi. Sekuat apapun lo berontak, kita gak akan pernah bisa bersatu selayaknya pasangan normal." 'Gerhana Leo...