65. Penyebabnya

67 5 9
                                    

Yok, siapa yang penasaran kenapa mendadak rahim Berlian bermasalah? Atau kalian udah ada curiga sama seseorang? Nah, jawabannya ada disini, nih. Yuk kita kepoin, tapi tahan emosi ya. Okay, let's reading and be happy🤗

°°

Jika masa depan yang dipertaruhkan, maka itu sama sekali tidak bisa disebut sebagai sebuah permainan. Camkan itu!
~~~

••

"Haaaa!!" Baghk!* Hilang kendali, dalam emosi yang tak tertahan, kepalan tangan Galaksi mengantam dinding rumah sakit dengan keras. Hingga membuat semua orang terperanjat dan tatapan tajam mereka langsung tertuju padanya, tak terkecuali Angkasa yang baru saja keluar dari ruangan Berlian.

"Sialan!" Dagkh!* Lagi, Galaksi menendang dinding dengan keras, mencoba meluapkan segala rasa sakit yang dirasakannya. "Semua ini gara-gara manusia-manusia sialan itu!" Tak peduli ini rumah sakit, Galaksi berteriak penuh emosi.

Dan tak dapat dipungkiri jika ucapan terakhirnya membuat semua orang tertegun. Dan disaat itulah Mentari segera bergegas mendekati Galaksi. Mentari meraih kedua lengan Galaksi dan memberikan tatapan interogasi pada putra tirinya itu. "Kamu tau apa yang terjadi sama Berlian sampe dia harus mengalami hal ini?" Dengan hati-hati Mentari bertanya, napasnya semakin terasa sesak saat Galaksi mengangguk untuk membenarkan pertanyaannya.

"Si- Siapa manusia-manusia yang kamu maksud itu? Gimana kejadiannya?" Mulai tak tenang, Mentari bertanya dengan gelisah.

Galaksi mengusap kasar hidungnya saat merasakan cairan yang mulai meleleh di dalam sana. Menghela nafas dalam, ia mencoba mencari kekuatan ekstra untuk mengungkap segalanya. "Ini kejadian yang udah lama banget. Kurang lebih tujuh bulan yang lalu, disaat Galaksi sama Berlian masih ada di Jakarta."

..
Darah segar sudah mengaliri pelipisnya. Namun sama sekali tidak mengurangi kuatnya kepalan tangannya. Gemeretak giginya yang beradu kuat terdengar dengan jelas. Emosi, nyala biru terang miliknya menusuk tajam pada tiga pemuda sialan di hadapannya itu.

Tak tau dirinya, pemuda-pemuda itu justru memasang seringai kemenangan. Benar-benar merasa puas telah mengelabui Berlian. Dengan memanipulasi nomor handphone Gerhana dan berdalih sedang jatuh sakit. Namun berujung dengan penjebakan, menumbangkan laju motor Berlian hingga membuat kepalanya membentur pembatas jalan dengan keras.

"Maksud lo apa ngelakuin ini semua?" Geram, gejolak emosi di dalam dirinya semakin menjadi-jadi.

"Ya, gue sengaja." Santai, pemuda berpostur sepuluh centi lebih tinggi dari Berlian itu menjawab. "Biar lo keluar dari rumah, dan gue bisa balas dendam sama lo." Lagi, ia memasang seringai licik di wajahnya.

Dalam hitungan sepersekian detik, tatapannya berubah tajam. Menusuk sosok Berlian yang pertahanannya mulai melemah meski dalam emosi. "Waktu itu ada Gerhana, jadi lo aman. Tapi sekarang lo sendirian. Jadi, gak akan ada orang yang bisa nyelamatin lo dari cengkraman gue." Rencana dan siasat buruk sudah terangkai sempurna dalam sorot matanya kali ini.

"Sialan!" Terlupakan rasa sakitnya, Berlian menggertak dengan kasar. Bergerak maju, tanpa segan kepalan tangannya langsung melayang ke arah Meteor, namun dengan mudah pemuda itu mencekal pergelangan tangannya. Dan..

PLAAK!*

Satu tamparan keras dengan sekuat tenaga sukses mendarat di pipi kiri Berlian. Ini berlebihan, tamparan keras itu tidak bisa tertoleransi hingga membuat tubuh Berlian nyaris terpelanting, namun Meteor lebih memilih menahan tubuh Berlian dengan mencengkram pergelangan tangannya dengan kuat.

Angkasa BerlianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang