37. Dilema

68 3 3
                                    

Siap-siap dagdigdug dan berbingung-bingung lagi gengs🥴 Let's reading and be happy🤗

Siap-siap dagdigdug dan berbingung-bingung lagi gengs🥴 Let's reading and be happy🤗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Entah harus menyelamatkan atau mempertahankan. Kalian berdua sama berartinya dalam hidupku.
~~~

••

Berada di dalam kamar membuat pikirannya semakin menumpuk. Memutuskan untuk keluar, mungkin udara malam bisa membuat hatinya merasa sedikit tenang hingga bebannya bisa tersimpan sejenak.

Baru saja beberapa langkah menjauh dari kamar, "Hiks hiks," mendadak langkahnya terhenti saat mendengar tangisan seseorang. Segera mencari sumber suara, bola matanya langsung mengikat satu sosok yang tengah duduk tertunduk di sofa ruang tamu.

"Senja?" Tak butuh waktu lama baginya untuk mengenali siapa sosok itu. Langsung dibuat cemas, segera kakinya melangkah dengan cepat menghampiri gadis itu.

Angkasa semakin dibuat panik kala melihat Berlian membenamkan wajahnya pada kedua telapak tangannya dan menangis tersedu-sedu.

"Senja? Lo kenapa?" Berniat untuk menenangkan, namun baru saja tangannya menyentuh bahu Berlian, tiba-tiba,

"Lepasin!" Berlian menggertak dengan kasar, tak pelak Angkasa langsung terperanjat karena terkejut.

Berdiri berhadapan, syok langsung memenuhi raut wajah Angkasa saat melihat wajah Berlian yang sudah dipenuhi air mata. Entah sudah berapa lama Berlian menangis, matanya tampak sembab dengan bola mata yang sudah memerah. Angkasa semakin tak bisa berkutik kala menyadari ada emosi yang sangat besar dalam sorotan mata Berlian.

"Senja?" Berucap untuk memberi pengertian, namun, "Lo jahat." Angkasa dibuat tertegun saat mendadak Berlian berucap demikian padanya.

Menggelengkan kepalanya dengan penuh kecewa, "Sumpah. Lo bener-bener jahat, Angkasa." Berlian kembali mengungkapkan hal yang sama dengan penuh penekanan.

Tak tau apa-apa, Angkasa tidak mengerti apa yang menyebabkan Berlian terus berucap seperti itu padanya. "Maksud lo apa, Senja? Kenapa lo bilang kalo gue jahat? Apa yang udah gue lakuin?" Jelas, Angkasa mulai gelisah melihat sikap Berlian yang mendadak aneh padanya.

Masih menatap Angkasa dengan tajam, perlahan tangan Berlian bergerak memeluk dirinya sendiri seolah menghindarkan tubuhnya dari pandangan Angkasa.

Tertegun, refleks pandangan Angkasa melebar sempurna. Ia langsung mengerti maksudnya saat melihat sebuah ketakutan perlahan tersirat dalam raut wajah Berlian.

"Lo udah ngehancurin hidup gue." Berucap dengan berat, Berlian berhasil membuat jantung Angkasa terhantam dengan keras. Tesh* air mata kembali luruh begitu saja membasahi pipi Berlian. "Lo udah ngambil hak yang bukan milik lo dari gue." Lanjutnya dengan tegas.

DEG!* Semakin tersambar, hatinya terasa perih mendengar ucapan Berlian. Rasa bersalah langsung menyelimutinya. Ingin mengungkap maaf namun tak mampu bersuara. Hingga hanya tertampil sendu sebagai pewakil rasa.

Angkasa BerlianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang