62. Not At All

55 3 6
                                    

Yuk, kita gabung lagi bareng Angkasa Berlian. Dan ya, kalian akan dapet jawaban dari permasalahan yang selama ini bikin kalian pusing setengah mati. Jawabannya ada disini, so let's reading and be happy guys🤗

Tidak. Demi Tuhan, pemikiranmu itu salah besar.
~~~

••

"Adanya hasil atau nggak, gue akan tetep tanggungjawab sama lo. Gue akan nikahin lo. Kalo perlu, sekarang pun gue siap." Yakin seratus persen, Angkasa mengungkapkan keinginannya.

"ANGKASA!!" Berlian menggertak kuat dan menghempaskan tubuh Angkasa dengan keras. Terkejut bukan main, hingga terpaksa Angkasa harus melepaskan pelukannya.

Menatap Angkasa dengan tajam, ada bercak-bercak rasa jijik dalam sorot matanya kini. "Kenapa pikiran lo kotor banget sih?" Bertanya, sekuat tenaga Berlian mencoba menekan suaranya agar tidak berteriak.

Dahi Angkasa mengerut dengan jelas, "Pikiran gue kotor?" Dia mengulangi pertanyaan Berlian. Benar-benar tidak percaya Berlian akan berucap demikian.

Kotor? Dimana titik 'kotor' dalam ucapannya baru saja? Angkasa hanya ingin bertanggungjawab dan menebus kesalahannya. Apa yang kotor dari itu? Apakah cintanya? Sial! Bagaimana mungkin?

"Lo emang nyentuh gue." Berlian kembali menegaskan, penuh penekanan. "Tapi nggak sejauh apa yang lo pikir." Ia menekan setiap kata dalam ucapannya, berharap agar Angkasa mendengarnya dengan baik.

Angkasa sama sekali tidak mengerti ini. Tidak sejauh yang ia pikir? Lalu apa yang sudah disentuh dirinya dari Berlian?

Berlian menghempaskan napas panjang, mencoba menetralkan kekesalannya terhadap pemikiran Angkasa baru saja. "Okay, gue akan jelasin."

..
Pasrah, Berlian hanya bisa menutup matanya serapat mungkin saat Angkasa mulai memiringkan kepalanya dan mendekatkan wajahnya. Tangan Angkasa yang masih menggenggam wajahnya, membuat Berlian semakin tak bisa melakukan apapun selain menerima apa yang mungkin akan dilakukan Angkasa.

Jantungnya semakin tak terkendali saat merasakan wajah Angkasa bergerak semakin mendekat. 'Tuhan, haruskah seperti ini? Dengan dia? Dan sekarang?'

Ketakutan Berlian benar-benar berada dipuncak kala membayangkan hal apa yang akan terjadi setelah bibir Angkasa benar-benar berhasil menyentuh miliknya. Tidak! Please menjauhlah sekarang, Angkasa.

Satu detik, dua detik, Berlian masih belum menerima sentuhan apapun di bibirnya. Padahal, seharusnya kini Angkasa sudah menguasai bibirnya, mengingat jarak mereka yang benar-benar tipis.

Belum terlerai sedikit ketegangannya, mendadak genggaman Angkasa di wajahnya terlepas, dan bukh* Berlian tersentak hebat saat kepala Angkasa jatuh tepat pada bahunya. Berlian segera membuka matanya, dan langsung membola sempurna karena syok.

"Eumh.." Bergumam berat, rupanya Angkasa masih belum kehilangan kesadarannya.

Alih-alih langsung menggertak, Berlian justru mematung, sementara posisi tubuhnya benar-benar telah tertindih sepenuhnya oleh tubuh Angkasa yang tidak memiliki pertahanan sedikitpun.

Wajah Angkasa kembali bergerak, dan akhirnya Berlian kembali tersadar saat merasakan hembusan napas Angkasa di ceruk lehernya. Sebelum bibir Angkasa beralih memangsa lehernya, ia segera menggertak dengan mendorong tubuh Angkasa sekuat tenaganya.

Brukh!* 'Berhasil!' Tubuh Angkasa jatuh terlentang tepat di samping Berlian dengan keadaan yang nyaris kehilangan kesadaran. Cemas, sesegera mungkin Berlian bangkit dan menjauh dari Angkasa.

Angkasa BerlianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang