16. Kembali Lagi?

82 7 18
                                    

Aku sudah pergi sejauh ini untuk menghindarinya. Tapi, apakah sekarang aku harus benar-benar kembali lagi?
~~~

••

Baru membuka pintu rumah, gadis cantik berseragam putih abu itu langsung disambut oleh kehadiran seseorang yang kini sudah berdiri di teras rumah bernuansa cream itu.

"Kamu?" Pekiknya tertahan, sebenarnya cukup terkejut.

Mendengar seseorang berujar, pemuda yang mengenakan almamater biru muda itu segera membalikan tubuhnya. Menampakan wajah tampan yang dihiasi senyuman manis miliknya.

Iris mata berwarna coklat terang miliknya terikat lekat dengan iris mata berwarna coklat gelap milik pemuda di hadapannya itu.

"Sepagi ini?" Gadis itu nyaris dibuat tidak percaya. Meski begitu, senyuman senang hadir bercampur dengan rasa tidak habis fikir.

Senyuman manis semakin melebar di bibirnya. Kakinya bergerak demi memangkas jarak diantara mereka. Ditatapnya wajah gadisnya dengan lekat.

"Selamat pagi," Nada selembut ini, membuat gadis pemilik rambut panjang itu nyaris kebingungan.

Memang, selama ini sikapnya sangat lembut. Tapi dengan tatapan dan senyuman semanis ini? Rasanya ini lain dari biasanya. Ada apa dengannya hari ini?

"Pagi juga," Balasnya ragu. Dahinya mengerut, meski senyuman masih bertahan di bibirnya.

Sejenak pemuda itu terdiam. Perlahan tangannya terangkat dan menyentuh dadanya sendiri. "Gimana kabarnya hari ini?" Tanyanya sembari menepuk dadanya sekali.

Peka, gadis itu segera mengerti apa maksud dari pertanyaan prianya itu. Kerutan di keningnya menghilang, dan berganti dengan senyuman lebar nan lepas.

"Selama ada kamu, ini akan baik-baik aja." Di akhir kalimatnya, gadis itu ikut menyentuh dadanya sendiri. Ya, yang dimaksudnya adalah hatinya, suasana hatinya.

Pemuda itu tersenyum senang mendengarnya. Nafas kelegaan pun terhela. "Makasih udah selalu bahagia." Ungkapnya.

"Itu berkat kamu." Balas gadis itu, tanda terimakasih secara tidak langsung.

Selalu saja begini. Ia yang selalu melakukan segalanya demi gadisnya itu. Padahal ia yang menjadi penyebab gadis itu selalu bahagia, namun justru ia yang selalu berterimakasih pada gadisnya karena selalu bahagia.

"Buat hati lo, gue ada satu hadiah." Ucap pemuda itu setelah terdiam sejenak.

Kerutan kembali terlihat di keningnya, "Hmm? Hadiah apa?" Gadis itu penasaran.

Sejenak terdiam, kemudian ia menunjukan tangannya yang sempat disembunyikan di balik tubuhnya sendiri. Iris mata berwarna coklat terang gadis itu seketika terikat tajam pada bunga mawar merah dalam genggamannya.

"Lagi?" Ujarnya nyaris tidak percaya. Sementara pemuda itu hanya mengangguk lembut.

Ya, ini memang bukan hal yang aneh. Setiap hari ini selalu terjadi. Sudah sejak tiga bulan yang lalu, setidaknya bunga mawar yang diberikan hari ini adalah bunga mawar yang ke-91. Karenanya, hampir setiap sudut kamarnya dipenuhi oleh bunga mawar pemberian dari prianya itu.

"Untuk gadis kuat dan hatinya yang selalu bahagia." Ucap pemuda itu penuh ketenangan.

Menghela nafas, gadis itu tampak menggelengkan kepala tak habis fikir. Segera ia ambil alih bunga mawar itu dari tangan pemuda itu. "Thank you." Ungkapnya.

Pemuda itu mengangguk lembut. "U're welcome." Balasnya. "Yaudah, ayo berangkat. Gue anterin lo ke sekolah." Lanjutnya.

Segera mengangguk setuju, gadis itu melangkahkan kakinya mengiringi langkah pemuda itu menuju motornya.

Angkasa BerlianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang