67. Keputusan

75 3 12
                                    

Keputusan harus diambil, dan ini keputusan yang ditentukan Angkasa tentang Berlian. So, gimana jadinya? Skuy langsung baca aja, be happy ya guys🤗

°°

Pergilah. Carilah wanita lain yang mampu mengukir masa depan yang pasti bagimu. Tinggalkan aku, akhiri semuanya disini.
~~~

••

"Angkasa! Udah!" Perhatian pemuda pemilik iris mata berwarna coklat terang itu segera teralih kala mendengar teriakan Berlian di dalam kamar mandi.

Tak bisa ditahan, Angkasa terkikik geli. Lucu saja. Entah Berlian sadar atau tidak dengan nadanya, yang pasti suara Berlian baru saja terdengar seperti anak kecil saat sedang mandi namun melupakan handuknya, dan segera berteriak "Mah! Ambilin handuk!" hanya saja ini kalimatnya berbeda.

Sebelum Berlian kembali bersuara, Angkasa segera bergegas menuju kamar mandi. "Di dalem udah aman?" Angkasa terlebih dahulu memastikan sebelum benar-benar membuka pintu. Ya, sangat tidak lucu jika ia membuka pintu namun Berlian masih belum siap di dalam sana.

"Gue bilang, 'kan, udah." Berlian mengulangi ucapannya. Dan saat itulah Angkasa menarik tuas pintu kamar mandi dan membukanya. Dan yeah, Berlian tidak mungkin berbohong, 'kan? Tampilan gadis itu benar-benar sudah aman terkendali tanpa ada sedikitpun yang tersingkap. Kalo kalian pikir gue lagi ngarep, nggak ya!

Melangkah memasuki kamar mandi, tanpa mengatakan apapun Angkasa langsung merunduk dan merengkuh tubuh Berlian ke dalam gendongannya. Dalam posisi bridal style, sekilas mereka sempat bertatapan sebelum Angkasa segera mengakhirinya.

Tuhan, kenapa mendadak mata Berlian terasa memanas seperti ini? Mendadak dadanya terasa sesak saat rasa bersalah dalam sekejap memenuhi dinding hatinya. Apakah dirinya sudah melukai pemuda itu dengan begitu dalam? Disaat dirinya ingin membalas ketulusan pemuda itu, namun kenapa justru dirinya malah memberikan bencana lagi untuknya? Sungguh, Berlian ingin memiliki cinta yang begitu besar untuk pemuda itu. Tapi setelah apa yang terjadi padanya saat ini, apakah pemuda itu masih ingin menetap bersamanya?

Tidak. Berlian tidak boleh egois seperti ini. Angkasa berhak untuk melepaskannya. Angkasa berhak untuk mengakhirinya. Angkasa sangat-sangat berhak untuk mencari wanita lain yang lebih sempurna. Wanita yang bisa membuat Angkasa bisa merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya. Wanita yang bisa memberikan masa depan yang pasti untuk Angkasa. Bahkan sangat pantas bagi Angkasa jika ingin menghempaskan dirinya begitu saja. Ia akan menerima. Dan memang seharusnya begitu.

"Sekarang kamu makan, ya?" Suara Angkasa berhasil membuat Berlian kembali tersadar. Bahkan ia terkejut saat mendapati dirinya sudah duduk dengan manis di atas brankar. Cairan infus sudah bertengger lagi di tempatnya, dan Angkasa sudah duduk menghadapnya dengan mangkuk berisikan bubur di tangannya.

"Abis itu minum obat." Kali ini pandangan Berlian merotasi ke arah nakas, dan rupanya disana sudah tersedia beberapa obat lengkap dengan air putih.

"Sejak kapan obat sama makanannya udah ada disini?" Bertanya, Berlian kembali menatap Angkasa dengan bingung. Jelas pemuda itu tampak mengerutkan dahinya saat melihat gelagat Berlian.

"Baru aja, bahkan suster baru keluar dari sini." Mata Berlian melebar sempurna saat mendengar jawaban Angkasa. Benarkah? "Tadi suster juga sempet nyapa dan nanyain kondisi kamu. Tapi kamu diem aja." Angkasa melanjutkan penjelasannya.

Ah! Se-kalut itukah pikirannya? Hingga ia tidak menyadari apa yang baru saja terjadi. Padahal ia hanya memikirkan sedikit hal, namun ternyata ia meninggalkan banyak hal di dunia nyata.

Angkasa BerlianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang