6. Kamu

105 7 53
                                    

Dipart kali ini kalian akan dapet satu fakta lagi tentang Angkasa. So, happy reading gengs!🤗

Hubungan kita terjalin bukan hanya karena cinta. Tapi ikatan batin yang lebih daripada itu.
~~~

~~~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

••

Laju mobil putih milik Angkasa memelan saat memasuki sebuah parkiran, berhenti tepat di depan bangunan luas bertingkat bernuansa putih itu. Berlian tau ini bukan rumah. Tentu saja, ada begitu banyak perawat dan pasien yang berlalu lalang di koridor gedung tersebut.

"Gak papa 'kan mampir kesini dulu?" Tanya Angkasa yang segera mendapatkan perhatian dari Berlian.

Berlian tersenyum lembut. "It's okay." Jawabnya. Berlian mengerti, Angkasa pasti ingin mengobati lukanya yang cukup parah. Untuk itu ia berhenti di rumah sakit terlebih dulu sebelum menuju rumah.

Angkasa segera membuka sabuk pengamannya kemudian keluar dari mobil, kemudian diikuti oleh Berlian.

"Perlu gue bantu?" Tawar Berlian saat melihat Angkasa yang kembali meringis kesakitan sembari memegangi rahangnya yang mungkin masih sedikit sakit.

"Gak usah. Makasih. Gue bisa ko'." Tolak Angkasa lembut.

Angkasa dan Berlian berjalan beriringan memasuki gedung rumah sakit. Menelusuri koridor menuju suatu tempat. Semula Berlian merasa biasa saja, namun beberapa saat kemudian ia mulai merasa bingung saat mengikuti langkah Angkasa.

Entah akan pergi kemana, seharusnya ia pergi menemui dokter untuk mengobati lukanya, kan? Namun justru langkah Angkasa menuju satu ruangan dimana Berlian bisa pastikan itu adalah ruangan rawat inap.

Langkah Angkasa terhenti di depan pintu bernomor 209, kemudian memasukinya. Dahi Berlian mengerut dengan jelas. Untuk apa Angkasa memasuki ruangan rawat inap? Apakah ada seseorang yang akan ia temui? Siapa?

Berlian melanjutkan langkahnya mengikuti Angkasa memasuki ruangan itu. Begitu memasukinya, Berlian langsung disuguhkan dengan pemandangan yang sama sekali tidak diduga olehnya. Seorang gadis terbaring lemas di brankar biru itu. Selang infus terpasang di kanannya, hidung serta mulutnya tertutup oleh alat Continuous Positive Airway Pressure (CPAP).

Angkasa melangkah lemas menghampiri brankar. Pandangannya mengikat lekat wajah pucat itu. Perlahan ia duduk di tepi brankar. Tangannya terangkat menyentuh pipi gadis itu serta mengelusnya lembut. Angkasa mencondong tubuhnya, mengimbangi posisi tubuh gadis itu.

Cup* Angkasa mendaratkan kecupan hangat di kening gadis itu. Matanya tertutup dengan rapat saat memberikan kecupannya. 'Aku merindukanmu.' Batin Angkasa, berharap suara hatinya bisa didengar oleh gadis yang tanpa sengaja telah ia lukai itu.

Berlian menyaksikan itu dengan jelas. Refleks matanya ikut terpejam dengan rapat. Ia memegangi dadanya yang tanpa sengaja terasa sesak saat melihat apa yang dilakukan Angkasa pada gadis itu. 'Tahan, Berlian.' Batinnya.

Angkasa BerlianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang