Come back with me, guys!💃🏻 Hufftt, seminggu ngilang ya? Hhe.. Ada yg kangen sama Angkasa Berlian? Ada berita happy nih. Karna seminggu libur, sebagai gantinya minggu ini Angkasa Berlian akan update sebanyak lima kali.🤗 Bahkan akan lebih kalo mood ku bagus, jadi jaga terus mood aku dg vote dan komen ya🤣
Oke deh, let's reading and be happy guys🤗°°
Ini pilihan yang sangat sulit. Namun keputusan harus tetap diambil.
~~~••
Waktu seolah berjalan lambat, satu menit saja rasanya sangat lama. Menunggu dengan harap-harap cemas, rupanya mampu menguras energi lebih. Jelas, beberapa kali napas berat terhempas, pandangan kabur menerawang, tubuh pun terasa lemas. Takut. Ya, sangat takut jika kemungkinan sesuatu hal yang buruk akan terjadi. Tidak, tolong jangan.
Di kursi tunggu, Mentari mencoba memberi sedikit kekuatan yang masih ia miliki pada Melati melalui tautan erat tangannya, di sampingnya ada Berlian dan Aries yang turut memberi ketenangan. Persis di hadapan mereka, Alaska dan Galaksi memilih berdiri dan bersandar pada tembok dengan kedua tangan yang terlipat di dada. Sementara disana, tepat di samping pintu ruangan IGD, Angkasa masih enggan beranjak dari posisi awalnya. Dan kini beralih Raja dan Bara yang menemani pemuda itu duduk tanpa alas di lantai, menenangkannya sekaligus meyakinkan jika semuanya akan baik-baik saja.
Setelah sekian lama, akhirnya ruangan IGD kembali menampakan tanda-tanda kehidupan. Krek* Perlahan pintu terbuka, seorang dokter pun keluar dari dalam sana. Tanpa komando, perhatian mereka langsung berpusat pada satu titik. Pun serentak mereka beranjak dari tempatnya masing-masing dan menghampiri dokter yang menangani kasus Rain.
"Dokter, gimana keadaan Rain?" Angkasa yang langsung menghadiahi Dokter dengan pertanyaan cemas.
Lain dengan keluarga sang pasien yang tampak sangat cemas, Dokter justru memasang wajah lebih tenang. "Ini hal yang wajar. Ini terjadi sebagai efek karena pasien baru mengalami koma beberapa hari yang lalu. Seharusnya kemungkinan terjadinya memang sangat kecil. Tapi ada banyak penyebab yang membuat hal ini terjadi, bisa jadi ada sesuatu yang membuat pasien stress, sesuatu yang mengejutkan, atau mungkin ada sesuatu yang pasien hirup hingga berpengaruh langsung pada paru-parunya."
Dokter menjelaskan panjang lebar, jelas Angkasa tampak menahan napas. Tepat saat Dokter mengungkap salah satu penyebab pasti yang membuat paru-paru Rain kembali kambuh, Angkasa tampak menghela napas berat kemudian tertunduk. Tentu ia merasa bersalah.
"Tapi kalian tidak perlu khawatir." Dokter menampilkan senyuman tipis, mencoba memberikan secerca ketenangan pada keluarga pasien. "Saat ini keadaan paru-parunya sudah aman. Kondisi pasien baik-baik saja." Terungkap kondisi Rain, tak pelak semuanya langsung menghela napas lega. "Dan sekarang Kami akan memindahkan pasien ke ruang rawat inap." Lanjut Dokter.
"Terimakasih, Dokter." Melati mengungkap terimakasih yang begitu dalam, dan Dokter pun menanggapinya dengan senyuman dan anggukan lembut.
••
Sepanjang malam, Angkasa sama sekali tak ingin beranjak dari samping Rain. Beberapa kali Melati mengingatkan jika Angkasa harus istirahat dengan benar, setidaknya ia bisa menjadikan sofa yang tersedia sebagai alas tidur. Tapi tidak, Angkasa terus menolak. Dan memilih tidur dalam posisi duduk di kursi kecil menghadap brankar Rain, kepalanya bersandar pada tepi brankar, sementara tangannya tak ingin sedetik pun terlepas dari tangan Rain.
Tepat saat cahaya matahari mulai tampak dari arah jendela, tubuh yang semalaman terbujur akhirnya kembali bergerak. Kesadaran perlahan menghampirinya. Sesekali mengerjap, perlahan namun pasti akhirnya ia mampu membuka matanya kembali. Bernafas lega, selang oksigen yang kini terpasang tepat di hidungnya membuat dirinya bisa bernafas lebih leluasa lagi jika dibandingkan dengan semalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa Berlian
Fiksi Remaja"Gerhana Berlian Season 3" Ketika Angkasa Diam-Diam Merindukan Senja-Nya "Lo harus sadar kalo sekarang gue adalah makhluk yang bukan manusia lagi. Sekuat apapun lo berontak, kita gak akan pernah bisa bersatu selayaknya pasangan normal." 'Gerhana Leo...