Tujuh: Memunculkan Variabel baru

6K 742 47
                                    



HAPPY READING :)





Keadaan rumah terasa aneh.

Semua orang hanya berdiam diri saat Maudy berjalan gontai menuju meja makan. Sheila, Orion dan Kieran saling bertatapan, berbicara satu sama lain lewat mata.

Maudy hanya acuh. Ia ingin tidak peduli pada apapun sekarang.

Suasana hatinya sangat buruk. Meskipun hanya sekedar menyapa anggota keluarga disekitarnya.

Ia mengambil selembar roti tawar dan mengoleskan selai cokelat. Memakannya hanya dengan sekali suapan kemudian kembali mengambil selembar roti, mengoleskan selai dan memakannya lagi.

"Let—"

"Leta berangkat, Mom, Yah, Kak!"

Tanpa memperdulikan ucapan sendu Sheila, Maudy buru-buru mengunyah roti keduanya dan beranjak dari meja makan.

Terlalu canggung, terlalu banyak penyesalan, terlalu aneh.

Maudy merasa akan ada yang aneh dari hari ini.



****

Mata maidy menangkap penampakan seorang laki-laki bertubuh tegap dengan wajah yang lumayan membiru, babak belur karena dihajar atau mungkin bertengkar berjalan ke arahnya yang tengah berada di lapamgan sekolah.

Maudy menghentikan kakinya yang hendak melangkah saat akhirnya menyadari sesuatu.

Bara Adrian Semesta

Hari ini, adalah saatnya Leta bertemu Bara. Mengapa Maudy bisa lupa?

Maudy menggertakan giginya kesal. Bara adalah salah satu tokoh yang ia benci, ah, mungkin kata benci terlalu kasar. Intinya, Maudy tidak suka dengan pria itu. Hilang ingatan bukan alasan Leta untuk memaafkan semua perilaku kasar laki-laki itu padanya.

"Gara-gara lo, gue jadi kenal sial terus-terusan! Gara-gara lo, bisnis bokap gue terancam dan sekarang gue babak belur!" Bara langsung menghardik Maidy di depannya.

"Kenapa pipi Bara bisa lebam?""

Kalimat itu yang pertama kali keluar dari mulut Maudy setelah mendengar hardikan Bara. Maudy hampir mendongak melihat wajah Bara karena perbedaan ketinggian.

"Masih nanya aja! INI SEMUA GARA-GARA LO, ANJING!"

Ck, Maudy mendecak sebal.

Ah, telinganya jadi panas setelah dikatai. Ia berniat bicara dengan baik-baik. Tapi cowok ini, nampaknya tidak bisa dibaik-baikan.

Bodo amat lah, dari kemarin juga Maudy sudah bodo amat kan dengan semua tingkahnya. Tidak ada lagi langkah hati-hati. Tidak ada lagi rancangan alur yang ia inginkan.

Jemari lentik Maudy ternangkat dan dengan cepat menjambak rambut belakang Bara yang kini berteriak cukup histeris.

Bara tidak menyangka dengan apa yang dilakukan Shaleta sekarang.

"Lo pikir karena lo adalah orang yang gue suka, jadi gue bakal nerima apapun yang lo lakuin ke gue gitu? Bangsat, brengsek, dasar cowok bajingan! KEPARAT!"

"Kalo aja lo enggak hilang ingatan, kalo aja lo bukan cowok yang pertama kali nolongin Leta, kalo aja lo bukan cowok yang berarti buat cewek ini, gue udah tendang selangkangan lo sekarang!" Seru Maudy dengan berbagai serapahan. Bara masih meringis kesakitan karena lama-kelamaan tarikan tangan Maudy makin menguat. Tidak mendengar jelas semua perkataan Maudy.

"HA? Lo pikir lo pantes berbuat seenaknya ke gue? INGET, LO BUTUH SAMA GUE!  Perusahaan bokap lo bahkan bergantung banget sama perusahaan bokap gue! Seenggaknya kalo enggak bisa baik ke gue setiap waktu, pura-pura baik ke di depan gue!  Gue terima kok pencitraan lo dibanding lo terus-terusan ngerendahin gue kayak gini!"

I am (Not) Amaryllis (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang