Empatpuluh Empat: Kisah Sepasang Anak Kembar

2.3K 213 57
                                    



Lama ya?
Hehe maaf ngaret :v
Aku sebenernya mau nyebutin banyak alasan,
Tapi... rasanya enggak etis aja gitu. Wkwkwk



Happy Reading :v
TMI dari author: Author adalah anak kembar.








Matanya perlahan terbuka.

Mengerjap untuk menerima perlahan cahaya yang masuk ke kornea matanya sebelum akhirnya masuk bagian sel-sel penerima di bagian dalam matanya.

Ia tidak mengingat apa yang terakhir terjadi. Ia hanya mengetahui kini tempatnya berada adalah kamarnya. Ia hanya mengingat bahwa ia sedikit berdebat dengan Shale—

"Leta,"

Maudy tersentak akan pemikirannya dan memanggil nama Leta pelan. Meski amat berharap ada sebuah suara lembut yang menyahut, membalas panggilannya.

"Leta, lo disini kan?" Maudy bertanya untuk yang kedua kalinya.

Tetapi entah panggilan yang pertama, atau kedua, Maudy tidak menerima satu jawaban sama sekali. Maudy juga tidak merasakan perasaan lain selain rasa cemas dan bersalah milik dirinya sendiri.

"Leta, please, jawab gue!" Suara Maudy mulai bergetar. Menahan isaknya.

Mana bisa orang yang sudah pergi menjawab panggilan Maudy.

"Leta, please..."

Maudy perlahan menyadari sesuatu. Bahwa yang menempati tubuh ini, hanyalah dirinya seorang.

"Puas kan lo?"

Maudy memejamkan matanya yang mulai berair. Sebuah suara bernada ketus terdengar bergema di seisi kamar membuat Maudy akhirnya meledak oleh tangis.

"Kenapa lo nangis? Bukannya keinginan lo udah terpenuhi? Lo kan yang mau tetap disini dan Leta yang pergi? Okay, keinginan lo dikebulin sama Leta! She is gone, for you, for a girl as selfish as you!" Suara itu terkekeh pelan. Terdengar sedikit terbatuk sebelum akhirnya tertawa kecil, bukan tawa riang, tetapi seolah tertawa miris.

"Kenapa... kenapa lo bikin gue sama Leta memilih? Kenapa lo bikin salah satu diantara kita jadi korbannya? Lo bisa kan sebenernya selamatin kita. Lo penulisnya! Lo... yang seharusnya disalahin disini, bego!" Gumam Maudy sembari mencengkram seprai kasurnya.

"Ck, bukannya intropeksi, lo malah nyalahin gue! Beneran nyebelin ya lo!"

"Lo pikir gue enggak berkorban sama sekali? Lo pikir gue enggak kena dampak dari yang kalian lakuin? Kalian itu tanggung jawab gue, tau enggak? Gue yang kena dampak dari semua tingkah lo yang enggak tau diri itu!" Suara itu kini mulai marah. Meski selanjutnya yang terdengar adalah suara batuk yang kencang.

Maudy kembali tersentak. Ia mengangkat wajahnya yang sudah dipenuhi air mata, "Maksud lo?"

"Bodoh banget sih lo," lagi-lagi suara itu berdecak sebal. Menggerutu sekali lagi sebelum akhirnya menghilang.

"Seenggaknya pake kek otak kecil lo buat intropeksi diri sendiri!"




***




Dahulu kala, di sebuah desa yang letaknya dekat dengan hutan besar, hiduplah sepasang suami istri yang memiliki sepasang anak kembar. Dua orang perempuan yang manis. Dua orang anak perempuan yang saling menyayangi satu sama lain.

Mereke berdua selalu bersama, bermain dan tidur bersama, semua dilakukan bersama. Bahkan kesukaan mereka semua sama, dimulai dari warna, makanan dan pakaian.

I am (Not) Amaryllis (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang