Duapuluh Lima: Hanya mimpi buruk?

2.6K 344 37
                                    



Ada yang nunggu?
Mana suaranya?
Selamat malmingan, eh,, Malming di rumah aja. Jangan keluar apalagi ngumpul! Okey?




Happy Reading :)







Maudy terengah dan membuka matanya dengan cepat. Kamarnya adalah hal pertama yang ia lihat. Ia seolah mengalami mimpi buruk. Ia tidak sadar apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya.

Maidy menunduk, meringis sembari memijat pelipisnya. Kepalanya sangat sakit. Seperti dihantam benda yang keras. Maudy merasa ia melupakan sesuatu. Tapi, apa yang ia lupakan?

Semakin ia mencoba mengingat, semakin kepalanya terasa sakit.

Sial, hanya sebuah suara yang terngiang di pikirannya. Lupakan semua hal yang terjadi saat ini. Kamu tidak terlibat dengan kejadian ini.


Hal apa yang terjadi?


Terlibat dengan kejadian apa?


Maudy sepertinya hilang ingatan. Kenapa bisa? Maudy menggeram kesal. Ia menjatuhkan tubuhnya di kasur dan berteriak. Kenapa, kenapa, kenapa?

Apa yang sebenarnya terjadi?

Bukannya Maudy sedang berada di rumah Oma dan Opa? Kenapa sekarang ia berada di kamarnya sendiri?

Pintu kamar Maudy terbuka dengan cepat dan kasar. Sheila datang dengan tergopoh-gopoh setelah mendengar teriakan Maudy.

Ia buru-buru mendekati Maudy dan mendekap Maudy dengan erat.
"Leta, kamu enggak papa, sayang?"

Tubuh Maudy mulai bergetar, menggigil ketakutan. Ia membalas pelukan Sheila tak kalah eratnya. "Leta enggak papa, tapi... tapi kepala Leta sakit, Mom!"

"Leta enggak tau kenapa kayak gini? Sebenernya Leta kenapa? Apa yang udah terjadi? Semakin Leta coba inget, kepala Leta semakin sakit,"

"Leta enggak tau... Leta, Leta enggak..."

Sheila terkesiap.

Ia melepaskan lengan yang memeluk tubuh Leta. Bola matanya berputar, berfikir. "Apa Letanya mengalami hilang ingatan karena syok yang berlebih?"
Setelah itu, Sheila menghela napas lega.

Syukurlah kalau memang Letanya tidak mengingat kejadian itu. Ya, lebih baik tidak mengingatnya sama sekali, daripada Leta terus dihantui rasa bersalah.

Sheila sendiri pun belum pernah melakukan hal itu. Tapi ia sudah membayangkan betapa menyeramkannya saat kita membunuh seseorang. Apalagi ini anak bungsunya yang berhati lembut dan mudah terluka.

(P.s: Dari dulu, selalu Aurell yang melakukan pembunuhan. Iya kan? Sheila cuman terlibat dalam adegan siksa-menyiksa)

"Enggak ada apa-apa, sayang! Kamu istirahat lagi. Jangan memaksakan sesutu yang enggak mesti dipaksa. Mungkin ada alasan baik kenapa kamu enggak inget hal itu,"

"Ayo istirahat lagi,"

Maudy melihat wajah Sheila yang tersenyum. Mencoba menenagkan. Perlahan tubuhnya mulai tenang. Ia melepaskan pelukannya dan kembali berbaring dengan bantuan Sheila.

Kenapa bisa seperti ini? Ia bukan Leta yang lemah! Ia Maudy, manusia asli bukan tokoh novel seperti Leta yang sudah ditentukan perannya. Tapi, mengapa ia bisa lupa dengan yang ia lakukan?

Ada yang aneh.

Firasatnya, ia harus mengetahui apa yang terjadi. Tapi, hatinya menolak.


I am (Not) Amaryllis (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang