Duapuluh tujuh: Bukan Sebagai Kakak

2.4K 290 23
                                    





Suprise🥳








"Gue bakal pergi,"

Aldi berbisik pelan dan berjalan melewati Maudy yang mematung mendengar perkataan Aldi.

Ayo seseorang katakan bahwa ini tidak benar.

Sementara Maudy yang masih mematung di tempatnya, Aldi berjalan sembari mendesah panjang. Ah, ia terlalu sembrono. Harusnya ia tidak membiarkan Leta mengetahui bahwa ia akan pergi.

Aldi tau, pilihan yang terbaik adalah yang diperintahkan Aurell.

Aurell tau segalanya. Lagipula, sejak awal, Ia hanya menumpang di rumah Sheila dan Orion tanpa status yang jelas.

Aldi harus pergi,

Tapi setelah kejadian ini,

Ia tidak lagi bisa bersantai. Ia harus mempercepat kepergiannya.




*****



Raya berjalan di kompleks pertokoan dengan Pembantunya. Tubuhnya yang sudah menua tak membuat Raya menjadi lemas dan Lesu.

Bahkan kegemarannya untuk berbelanja tidak berkurang sama sekali.

Ia tersenyum lebar sembari memasuki Toko emas di pinggir jalan. Toko emas terbesar yang ada di Kota itu. Toko yang sudah menjadi langganan Raya selama bertahun tahun.

Ia berjalan diikuti dengan pembantunya yang bertugas membawakan belanjaannya.

Dengan langkah yang masih anggun dan tegap, Raya berjalan disambut dengan beberapa pelayan toko.
Ia berbincang dengan pegawai Toko untuk memilih beberapa perhiasan.

Raya berencana untuk membeli beberapa kalung emas untuk dirinya dan Cucunya. Meskipun nyatanya, Perhiasan yang Raya miliki sudah tidak terhitung berapa banyak jumlahnya.

"Kalung yang ini kayaknya bagus, mbak!" Komentar Raya sembari menujuk sebuah kalung emas bertahtakan berlian kecil di bandulnya yang berada di kotak kaca.

"Oh iya, Bu! Ini edisi terbatas yang baru saja datang dari China! Ini barang terbaik yang kami miliki di toko ini!" Pegawai di depannya menajelaskan dengan senyum mengembang.

Raya berfikir sejenak dan akhirnya menyuruh pegawai itu menyiapkan perhiasaan yang ia tunjuk untuk ia miliki.

Setelah itu, Raya kembali menunjuk perhiasan selanjutnya hingga berakhir satu jam kemudian.

Setelah merasa barang yang ia beli sudah cukup banyak, Raya keluar dari toko diikuti pembantunya. Ia berjalan di komplek pertokoan yang anehnya terlihat sepi.

Perasaan Raya sedikit aneh. Bukannya ini jalan besar yang biasa dilalui banyak orang? Tapi mengapa sekarang terasa lengang?
Raya jadi was was.

Ia menoleh pada pelayannya yang membawa belanjaan Raya dan menyuruhnya mendekat.

"Ria, Apa kamu nggak ngerasa aneh? Kok tempat ini kayaknya lumayan sepi ya?" Raya berbisik pelan.

Ria, sang pelayang mengedarkan pandangannya dan mengangguk. Menyetujui ucapan Raya.
"Bener, Bu! Kok hawanya aneh!"

Tapi sayangnya, saat mereka berdua lengah karena saling berbisik, seorang laki laki dengan pakaian hitam hitam tiba tiba saja menarik belanjaan yang Ria bawa.
Ria sontak tersentak dan menjerit.

Ia langsung menyadari bahwa belanjaan Majikannya dicopet.

"Tolong! Copet!"

Sayangnya, karena jalanan yang lengang tak ada seorang pun yang merespon jeritan Ria.
Raya pun sama panik dan terkejutnya.
Tubuhnya yang sudah tua tidak bisa lagi berlari dengan cepat.

I am (Not) Amaryllis (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang