Duabelas: Masalah besar

3.8K 487 23
                                    



Pokoknya, Jangan berkumpul di luar, jangan pergi ke mall dan berbaur dengan banyak orang,  jangan makan di luar dan jaga jarak.

Di rumah aja baca Wattpad :)

Jangan lupa ngerjain tugas juga, eh :)




Mau cepet update?
Makannya ramein!






Tak ada lagi yang bisa Maudy manfaatkan.

Ingatannya tentang kisah 'Amaryllis' sudah tidak berguna. Semua yang terjadi sudah berubah sehingga Maudy tidak lagi bisa menjadikan kisah asli yang ia tau sebagai pegangan.

Ia bukan lagi seseorang yang mengetahui segalanya karena segalanya itu telah ia ubah.

Ia sudah selayaknya tokoh novel yang tidak tau apa yang terjadi besok. Ia hanya bisa memastikan dua hal sekarang, pertama, Aldi adalah suruhan Aurell. Kedua, Jena sudah meninggal.

Masalahnya, si pembuat onar di cerita Amaryllis bukan hanya Jena. Masih ada Aura dan antek-anteknya, Bara, juga... Kieran.

Sial. Maudy tidak tau langkah apa selanjutnya yang harus ia ambil. Semuanya seolah buntu saat ia sudah berhasil menyatukan potongan puzzel hingga memperlihatkan sebuah fakta.

"Dek, ayo cepetan, Mommy, Ayah, Kak Kier sama Kak Aldi udah selesai siap-siap. Tinggal kamu nih, Apa mau Mommy tinggal, hem?"

Lamunan Maudy terganggu oleh suara teriakan Sheila. Maudy tersentak dan dengan segera menyisir rambut panjangnya.

Ia melihat kaca yang memantulkan dirinya dari atas hingga bawah. Memeriksa pakaiannya kemudian menenteng tas besar berisi perlengkapannya.

Hari ini, ia dan keluarga akan menginap di rumah utama Prayuda.



****


"Oh, jadi ini anak angkat Tante Shei! Kenalin, kakak sepupu kamu, panggil aja Kak Eca!"

Benar, Semuanya berubah.

Kalau cerita di novelnya, sosok Jena yang baru masuk ke keluarga Prayuda, tidak diterima dengan ramah. Bahkan di jauhi secara terang-terangan. Tapi ini,

Ah, Resha dan Tasha bahkan kini tengah tersenyum lebar sembari duduk berhadapan dengan Aldi dan Maudy. Mengenalkan dirinya masing-masing dengan genit.

"Ah, iya! Kak Eca. Nama saya Aldi," Aldi menjawab dengan sesopan mungkin. Tersenyum tipis tapi cukup untuk membuat Raesha dan Tasha di depannya tersipu. Ya Tuhan, Maudy tak habis pikir.

"Gue Tasha! Panggil Kak Tasha enggak papa, kalau mau manggil sayang juga enggak papa!"

Huek,

Maudy mau muntah.

Please, ini para sepupunya kenapa sih hari ini? Jiwa centilnya langsung keluar saat bertemu dengan orang tampan, kayaknya.

"Idih, apaan sih Kak?" Sengit Maudy. Ia mengendikkan bahunya dan menggeleng. Menunjukan ekspresi geli terhadap perkataan Tasha.

Sedangkan Tasha hanya mendengus tidak peduli dan kembali memandang Aldi yang masih tersenyum tipis. "Sekarang kelas berapa, di?"

"Sekelas sama Kieran kak! Tapi Kieran kan ikut akselerasi, jadi saya lebih tua dibanding Kieran. Berarti saya seumuran sama Bumi. Hehe,"

Eca mengedutkan hidungnya dan tertawa renyah. Ia memukul pelan bahu Aldi kemudian berkata, "apaan saya-saya? Pake Aku-kamu dong! Kita kan keluarga! Keliatannya formal banget ngomongnya, jadi canggung!"

I am (Not) Amaryllis (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang