Ramaikan :)
Juseyooo ^_^"Uhuk,"
"KAMU SEDANG MEMBODOHI SAYA? HAH?"
Jemari lentik Aurell mencengkram erat leher Maudy. Mencecik Maudy hingga Maudy terbatuk dan terengah-engah.
"APA YANG TERJADI SAMA BUMI SEKARANG ADALAH KESALAHAN KAMU, KAMU TAHU?" Jerit Aurell sekuat tenaga. Wajahnya memerah karena emosi.
Tangan Maudy memukul-mukul tembok di belakangnya. Sial, ia mulai sesak. Napasnya bahkan sudah hampir habis kalau saja Aurell sedikit lagi lebih lama mencekik lehernya. Maudy sekuat tenaga melepaskan jemari Aurell yang untungnya berhasil terlepas.
Maudy terjatuh.
Ia langsung meraba lehernya yang pasti memerah. Ia mulai menarik napas panjang, menghirup dengan rakus oksigen di sekitarnya. Sedikit lagi, kalau saja Aurell tidak melepaskan cekikannya sedikit lagi, mungkin Maudy sudah tewas.
"Saya... enggak tau, hah, saya enggak tau kalau bakal kejadian kayak gini! Ini di luar bayangan saya," ujar Maudy pelan.
Tapi, Aurell sudah gelap mata. Melihat anaknya bersimbah darah di depan matanya sendiri, membuat Aurell sangat marah. Semua hal yang ia lakukan untuk mencegah kecelakaan Bumi belakangan ini, ternyata sia-sia. Anaknya tertabrak juga.
"SAYA UDAH PERCAYA SAMA KAMU! SAYA NYINGKIRIN ANAK ITU BIAR BUMI ENGGAK CELAKA! TAPI NYATANYA APA? BUMI TETAP KECELAKAAN! SIAPA YANG HARUS DISALAHKAN SELAIN KAMU, HAH?"
Aurell menarik tangan Maudy yang lemas, memaksanya untuk berdiri kemudian menamparnya sekencang mungkin hingga Maudy tersungkur.
Maudy tidak bisa melawan. Sama sekali tidak bisa, karena jauh di lubuk hatinya, ia merasa amat bersalah. Ia yang merencanakan hal ini dengan percaya diri, tapi akhirnya menuai kegagalan fatal.
"Saya minta maaf," gumam Maudy sembari menunduk. Suaranya bergetar, bersamaan dengan jemarinya yang mengusap darah di sudut bibir yang pecah.
Aurell terkekeh pelan. Ia menarik rambut Maudy membuat Maudy mendongak menatap wajah marah Aurell.
"Maaf kamu sayangnya enggak ngubah apapun!""MAAF KAMU, ENGGAK BIKIN BUMI JADI SEHAT LAGI!" dan lagi, Aurell melepaskan cengkramannya dengan kencang membuat Maudy lagi-lagi tersungkur menghantam lantai.
Sialan. Tubuhnya remuk.
Maudy merasakan sekujur tubuhnya sakit. Mungkin kalau nanti ia periksa, sekujur tubuhnya akan dipenuhi lebam.
"Kamu bilang, Bumi akan buta kan?"
"Kalau mata Jena enggak sesuai buat Bumi, maka siap-siap mata kamu yang saya congkel. Kejadian hari ini, enggak akan saya lupakan sama sekali!"
****
BRAKK...
Lagi-lagi telapak tangan Aurell terayun untuk kesekian kalinya. Memukul wajah tampan seorang laki-laki muda di depannya dengan kencang.
Laki-laki itu hanya menunduk, tanpa berani menatap wajah marah Aurell. Merasa kalut.
"Kamu saya tugaskan berada disisi Bumi buat mengawasi Bumi. Agar kejadian kayak gini enggak menimpa Bumi!" Suara Aurell yang bergetar berkata dengan tegas pada laki-laki di depannya.
"KENAPA? KENAPA KAMU BISA MELALAIKAN TUGAS KAMU?"
Aurell kembali mengamuk. Aldi, laki-laki yang berdiri di depan Aurell hanya bisa menunduk, mendesah dalam, dan mengucapkan kalimat maaf berulang kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
I am (Not) Amaryllis (END)
Teen FictionMaudy, Adalah seorang perempuan kutu buku pecinta wattpad. Salah satu cerita yang ia sukai berjudul, Amaryllis. Cerita tentang seorang anak konglomerat yang berjuang keras untuk mendepat kehidupan yang baik. Sayangnya akhir dari cerita itu adalah k...