Sepuluh: Memecahkan Kebenaran

4.5K 567 24
                                    


Nyapa Authornya dong, sini...

Wattpad sepi nih, gara-gara jarang ada yang comment. Padahal Author udah nungguin :(


Happy Reading
Dan selamat buat yang bisa nebak di pary sebelumnya :)







"Lagi ngapain lo?"

Maudy tersentak saat mendengar suara deep itu. Untungnya jemarinya dengan cekatan mengantongi kertas itu di saku celananya.

"Eum, enggap papa, gue cuman lagi liat-liat. Meja lo rapih juga, gue enggak nyangka cowok kayak lo ternyata rapih dan lumayan pinter, hahaha..." Maudy beralasan dengan cepat. Mencoba berakting alami agar tidak dicurigai.

Mata Aldi menyipit, tapi sesaat kemudian ia berjalan mendekat dan duduk di kursinya. Tidak berbicara lagi untuk meragukan Maudy.

"Muka gue ini muka jenius tau, jelas-jelas gue kayak Oppa-oppa yang biasa ditemuin di perpustakaan!" Ujar Aldi membanggakan diri dengan mendorong kacamata bulatnya yang sedikit melorot.

"Ah," Maudy hampir saja mengumpat mendengar Aldi yang begitu narsis.

"Oppa-oppa lo kata? Ih, geli banget sih!" Kata Maudy menolak ucapan Aldi saat membanggakan Visualnya. Meskipun dalam hatinya, Maudy mengiyakan apa yang dikatakan Aldi.

Wajah Aldi itu seperti pahatan sempur—

Eh,

"Udah lah, tugas gue udah selesai! Gue mau ke kamar! Capek." Maudy menyadarkan dirinya dan segera memulai beralasan untuk cepat-cepat pergi dari kamar Aldi.

"Selesai? Beneran? Bukannya pas gue tinggal masih ada beberapa lembar lagi tuh!"

"Eh? Enggak ya! Tinggal beberapa nomer lagi kok, eum, gue cepet nih ngerjainnya, Ha! gue kan enggak kalah pinter,"

Mendengar ucapan Maudy yang terbata-bata sebenarnya membuat Aldi curiga. Ia menyipitkan sebelah matanya menatap Maudy yang memasang wajah seolah tidak terjadi apa-apa. Tapi, Aldi adalah seorang profesional, ia tau ada sesuatu yang perempuan di depannya sembunyikan.

"Beneran? Coba gue cek!" Aldi mencoba menahan Maudy agar tidak keluar dari kamarnya segera.

Sedangkan Maudy, mendengar Aldi berkata seperti itu, langsung tersentak. Karena benar, masih ada beberapa lembar lagi yang belum ia kerjakan. Ia hanya membuat alasan agar cepat keluar dari kamar dan keluar dari kecurigaan Aldi.

"Enggak usah, gue kan udah bilang! Gue tuh pinter, enggak usah diperiksa lagi gue yakin kok dapet nilai diatas rata-rata!"

"Udah ah, dibanding entar berdebat sama lo! Gue mending keluar sekarang! Bye!"

Maudy dengan tergesa-gesa membereskan semua alat tulis dan bukunya di meja Aldi dan segera keluar dari kamar Aldi. Kemudian menutup pintunya dengan lumayan kencang.

Aldi mendesis tak yakin.

Ia mulai melihat apa ada yang aneh di sekeliling mejanya dan akhirnya menyadari sesuatu.

Kotak tempat alat tulisnya berubah.

Pin yang tertempel di salah satu sisi kotak harusnya menghadap ke depan, tapi sekarang, pin itu sudah menghadap samping. Dengan senyum kecil, Aldi mengeluarkan semua isi keranjang kecil itu. Sejujurnya, ia sudah tau apa yang membuat Perempuan itu gugup dan ingin segera keluar dari kamarnya.

Benar kan, dugaan Aldi!

Kertas perintahnya sudah hilang.

Perempuan itu pasti mengantonginya!



I am (Not) Amaryllis (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang