Sembilan belas: "Dia adik kita yang Kuat!"

3.2K 382 31
                                    

Lanjut?

Ayoo Ramaikan, dongg :)





"Kak, stop,"

"Sakit banget kak,"

Reihan menghentikan langkahnya di depan bandara saat mendengar rintihan adik sepupunya yang sedang ia gendong.

Melihat wajah adiknya yang sudah memerah dan berkeringat juga tangisan kecil bersamaan dengan rintihan yang keluar dari mulutnya, membuat Reihan panik. Ia mempercepat langkahnya dan memasuki mobil. Membaringkan Leta di sampingnya kemudian memerintah supir untuk segera mengemudi menuju rumah sakit.

"Ada apa dek?" Reihan bertanya cemas.

Maudy hanya menggeleng, tidak yakin dengan apa yang terjadi pada dirinya,
"Enggak tau kak, tiba-tiba aja dada Leta kerasa sesek. Sakit banget,"

Reihan menelan salivanya, merasa terlampau cemas. Menyuruh supir untuk lebih cepat. Reihan harus membawa Leta secepatnya menuju rumah sakit.

"Sabar dek, sebentar lagi kita nyampe di rumah sakit. Kamu tahan dulu ya,"

****

"Angina atau angin duduk,"

"Hal ini terjadi karena adanya gangguan aliran darah ke otot jantung. Gejalanya berupa nyeri dada seperti ditindih atau ditekan. Gejala lainnya seperti sesak napas, lemas, berkeringat. Dan muncul ketika penderitanya tengah beraktivitas."

"Sementara ini, saudari Shaleta harus dirawat di rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Mengambil CT Scan, dan tes EKG."

"Nanti setelah pemeriksaan lebih lanjut, Saya bisa menyiapkan obat yang harus diminum. Dan jangan lupa banyak-banyak beristirahat terlebih dulu,"

Dokter menjelaskan secera singkat setelah melakukan pemeriksaan mendasar juga beberapa pemeriksaan lainnya. Mendengar diagnosa dokter, Reihan langsung menghela napas.

Beruntungnya, ia dengan cepat membawa Leta menuju Instalasi Gawat Darurat, kalau tidak, ah... Tadi dokter sempat berkata bahwa akan ada kemungkinan Letanya terkena serangan jantung.

Bagaimana bisa?

Bagaimana bisa keadaan adik kecilnya seperti ini? Memang dokter bilang ini tidak terlalu buruk, tapi,

Bagaimana bisa tidak terlalu buruk kalau yang sakit sekarang adalah adik sepupu bungsunya yang mempunyai tubuh ringkih?

Reihan tersenyum tipis kepada dokter, setelah ia selesai menjelaskan keadaan Leta dan keluar dari ruangan dokter untuk menuju tempat adik sepupunya di rawat.

Ia mengambil kursi dan menempatkannya di samping Leta a.k.a. Maudy yang tengah tertidur.

Ia mengusap pipi bundar Leta dan terkekeh pelan. Tetapi, Leta langsung mengeliat tanda terganggu membuat Reihan langsung menarik tangannya. Ia akhirnya memutuskan untuk keluar dari ruangan dan menuju kamar samping tempat Leta dirawat.

Iya, Leta dirawat bersebelahan dengan Bumi.

Sebelum memasuki kamar Bumi, Reihan mengepalkan tangannya dan mencoba tersenyum. Teringat sehari sebelumnya, ia mendengar Kieran mengucapkan isi hatinya yang ukh, tidak ingin Reihan ingat lagi.

Ia melihat Bumi tengah duduk sembari memainkan ponsel. Reihan kembali terkekeh dan menyapa pelan. "Oyy,"

Bumi tersentak kemudian tersenyum lebar saat melihat sepupu sulungnya berjalan mendekat. "Kak Rei, bawain apa buat gue?"

Reihan mendecih sinis dan duduk di samping Bumi. "Gue enggak bawa apa-apa dan kebetulan aja kesini. Gue sebenernya enggak ada niatan buat jenguk lo!"

I am (Not) Amaryllis (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang