Duapuluh Enam: Aurellia Xaviola, Si Iblis itu

2.7K 342 33
                                    




Ayooo, merapat!
Ada yang nungguin Author, Aldi, dan Maudy?

Absen dulu sini,
Diantara Maudy dan Leta, siapa yang kalian suka?




Happy Reading :)







Perempuan itu mengerjapkan matanya.

Kepalanya terasa sakit. Tapi itu bukan fokus utamanya sesaat setelah terbangun. Tubuhnya yang terikat kencang di sebuah kursi, bagaimana bisa?

Dimana ini?

Perempuan berambut sebahu yang masih menggunakan seragam lengkap itu mengedarkan pandangannya.

Gudang yang dipenuhi barang-barang berdebu. Tidak ada orang selain dirinya?
Kalau ia mencoba berteriak, apa ada orang yang akan membantu dirinya?


"TOLONGIN GUE,"


"PLEASE, ADA ORANG DILUAR KAN? TOLONGIN GUE!"


Tidak ada jawaban. Tandanya tidak ada siapapun di luar gudang ini, atau kemungkinan lainnya gudang ini meredam suara, sehingga teriakannya tidak terdrngar siapapun di luar.

Sial,

Ia baru mengingat bahwa yang membawanya kesini adalah Aldi. Cowok itu, yah meskipun dirinya mengakui bahwa Aldi memang tampan, tapi sangat menyebalkan. Jauh lebih baik Kierannya, eh...

Kierannya,

Aura menggeram. Ia mengepalkan jemarinya dengan erat mengingat orang yang ia sukai menampar dirinya. Ia berjanji akan membuat Kieran bertekuk lutut dan menyesali semua perlakuannya.

Aura menyadari dirinya tidaklah senormal orang biasa. Orang yang mencintai yang lainnya, Aura tidak begitu. Dibanding mencintai, Aura merasa bahwa ia terobsesi dengan Kieran. Dan ia ingin Kieran terobsesi dengan dirinya juga agar ia mudah mengendalikan Kieran. Sialan, perasaan ini semakin dalam. Perasaan ingin memiliki laki-laki itu seutuhnya.

Kalau saja tidak ada Leta dan Aldi. Dua orang itu berkontribusi besar untuk membuat Kieran semakin menjauh darinya. Dua orang itu yang akan ia lenyapkan secepatnya.

Saat perempuan berambut sebahu ini termenung, pintu terbuka. Perempuan itu refleks mengangkat wajahnya, tersenyum saat mengetahui ada seseorang yang membuka gudang. Berharap dapat membantunya melepaskan diri.

"Kak, tolong saya!"

Perempuan cantik yang datang itu tersenyum tipis. Memandang dirinya tanpa terkejut seolah sudah menyadari bahwa ia terikat disini.

"Aura, right?"

Aura mengangguk kencang.

"Kenalin saya Aurellia," perempuan dengan wajah cantik itu masih tersenyum tipis.

Aura terkekeh pelan dan menjawab, "Saya enggak butuh nama Kakak. Saya cuman mau kakak bantu lepasin ikatan ini!"

Mendengarnya, Aurell terbahak. "Saya cuman mau kamu tau, siapa iblis yang membuat hidup kamu tersiksa mulai sekarang!"

Dahi Aura mengernyit. Maksudnya apa?

Aurell berjalan ke arah tumpukan box berdebu. Ia membuka bok hitam itu dan mengeluarkan isinya. Sebilah pedang panjang. Tubuh Aura menegang. Pedang itu untuk apa? Ia tidak mengerti!

Aurell melepaskan sarung yang melapisi pedang panjang koleksinya tiga tahun lalu. Setelah lepas dari sarungnya, bilah pedang itu bersinar. Terlihat tajam seperti setiap minggunya diasah.

I am (Not) Amaryllis (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang