Dua: Ternyata ini bukan mimpi

11.1K 1.1K 31
                                    



Hai, Hai, Hai.
Yang kedua buat kalian.
Pokoknya awas pembaca Amaryllis yang enggak ngikutin cerita ini!

Heheh, Canda doang kok,


Happy reading ;)









Mata Maudy mengerjap pelan. Ia mencoba memaksakan cahaya terang untuk memasuki retinanya meski ia meringis karena cahaya yang masuk terlalu banyak. Sayup-sayup ia mendengar sesuatu,

"Ya ampun, anak Mommy udah bangun! Ayah sini liat Leta udah bangun! Cepet ambilin minum buat Leta!"

Siapa itu?

Bukannya Maudy menyebut perempuan yang melahirkannya dengan sebutan ibu?

Perempuan cantik itu jelas bukan ibunya!

Kepala Maudy terasa sedikit pening sehingga ia untuk kedua kalinya kembali meringis.

"Orion! Cepetan minumnya!" Perempuan cantik itu kembali berteriak. Kini ia mengelus rambut Maudy dengan raut wajah khawatir.

SIALAN!

Maudy kembali teringat. Nama-nama ini adalah pemeran di cerita "Amaryllis". Jadi yang tadi itu bukan mimpi?

"Mom," Maudy bergumam kecil. Kini wajah perempuan di depannya sudah terlihat jelas. Gurat wajah dipenuhi aura kecantikan natural yang tak luntur dimakan usia. Mata bundar cantik dan kulit putih mulus itu pasti Sheila Athalia.

Ibunda dari Shaleta, si tokoh utama.

Salah satu tokoh yang 'berperan besar' dalam kehancuran Leta.

Dengan tergopoh-gopoh, seorang pria tampan menyerahkan air kepada Sheila setelah ia berhasil mendudukan anaknya.

"Heran gue, kenapa sih orang di rumah ini gantengnya kebangetan? Nih Author bener-bener ya bikin tokoh utama yang bisa ngebuat semua figuran iri!" Gerutu Maudy dalam hatinya.

Ia meraih gelas yang Sheila ulurkan dan meneguk airnya. Maudy mengerjapkan matanya kemudian mencoba mencubit lengannya sendiri.

"Aww..."

"Kamu apaan sih, Leta? Baru bangun dari pingsan kok aneh banget?" Seru Sheila sembari mengelus lengan anaknya yang memerah.

Ini bukan mimpi!

Tapi,

Kok tubuh si Shaleta ini rasanya lemah banget. Dicubit sedikit aja udah merah gini. Lengan Maudy yang sering disabet pake ranting sama Ibu kalau Maudy enggak mau pergi ke warung aja rasanya biasa aja tuh.

"Mom, Yah... Sekarang jam berapa?"

Maudy bertanya kecil. Di kamar ini tidak terpasang jam dinding dan jam beker letaknya tertutupi oleh badan Sheila. Maudy harus tau sekarang—

"Jam sebelas malem."

"Tapi kok..."

Sebentar, Maudy menghentikan perkataannya karena kalau ia tanyakan... maka bisa-bisa semua orang mencurigai siapa yang ada di tubuh Leta ini.

Sebenarnya yang ingin Maudy tanyakan -meskipun ini agak norak- Kenapa Sheila semalam ini menggunakan gaun sutera berwarna pastel yang terlihat mahal?

Kan, Biasanya Ibunya kalau malam cuman pake daster gambrong yang kebanyakan sobek dibagian bawah dan bahunya. Bahkan daster itu juga dipakai saat ke supermarket terdekat.

Lagi-lagi Maudy disadarkan bahwa ia sekarang berada di rumah seorang konglomerat kaya. Ah, menyesuaikan diri dari kasta masyarakat yang setiap pagi cuman makan nasi kuning ke kasta yang pagi-pagi makan salad dan yogurt itu.... susah.

I am (Not) Amaryllis (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang