31

2.5K 121 1
                                    

Happy Reading
🥀🥀🥀🥀

Beno pov

Setelah perdebatan gue dengan Nara tadi gue merasa canggung banget, gue ngerasa kalau gue terlalu jahat banget selama ini. Kalau di inget-inget emang gue jahat banget sih dulu, gue tega ninggalin dia di jalanan sendirian saat malam, gue tega ingkar janji ke dia Berkali-kali, gue selalu menomer duakan dia, bahkan dengan teganya gue pernah marah balik ke dia, padahal itu semua gue yang salah.

Kalau boleh jujur gue gak tau apa gue cinta atau gak ke Nara, yang gue tau saat itu, kalau dia cinta sama gue, di suka sama gue, dia nyaman sama gue. Dan perasaan gue sendiri? Gua gak paham gue gak ngerti. Berulang kali temen-temen gue selalu ngingatin untuk gak nyakitin Nara, berulang kali juga gue dan Zahir ribut karna hanya masalah gue dan Nara, dan akhirnya pada hari itu dia capek dan ngelepas gue. Gue sedikit sedih dan kecewa, karna hubungan kita itu udah jalan 2 tahun, tapi segampang itu Nara mutusin gue.

Akhirnya setelah Nara mutusin gue, dengan pikirkan kalut gue nembak Zoya, karna gue pikir emang itu yang hati gue mau, tapi ternyata gak. Gue ngerasa hampa saat bersama Zoya, gue ngerasa terbebani, gue gak ngerasain apa yang gue rasain bareng Nara saat bersama Zoya. Gue juga gak mungkin mutusin Zoya kan, ayoklah pasti Zoya kecewa banget kalau gue ngelakuin hal itu, gue bisa ngeliat tatapan cinta dari mata Zoya, gue tau kalau dia cinta ke gue.
Lo semua harus tau alasan gue gak pernah nolak keinginan Zoya, alasan gue lebih mengatakan Zoya, alasan gue selalu menomer satukan Zoya di atas segalanya, Karna Zoya itu gak seperti yang lo semua banyakan, ada hal yang ngebuat gue harus selalu ada buat dia. Di usia dia yang 19 tahun sekarang, Zoya cuman punya omanya, papa dan mamanya udah meninggal, dia gak punya temen ataupun sahabat, dia cuman punya gue dan omanya. Sedangkan Nara, dia punya orang tua, dia punya kakak, dia punya sahabat, dia punya banyak orang yang sayang sama dia, bukan cuman gue.

"Mampir dulu Ben, anak - anak udah pada nungguin lo didalam. " Ujar Zahir saat kami sampai di depan rumahnya.

Gue langsung ngeliat ke arah Zoya untuk meminta persetujuan, soalnya tadi Zoya bilang dia mau ke makam papanya kan.

"Mau mampir dulu? "

"Boleh deh, ke makam papa bisa besok atau nanti, kalau abis dari sini. "

Akhirnya gue menganguk dan memarkirkan mobil di halaman rumah zahir, rumah Zahir itu tergolong rumah orang kayak, soalnya halamannya lumayan luas, ada taman, ada ayunan dan ada kebun kecil-lecilan milik tante Anita.

"Welcome Nara"

Saat kami masuk ada tulisan besar itu terpampang di ruang keluarga, disana ada sahabat serta beberapa anak black Wolf yang cukup dekat dengan Zahir ataupun Nara.

"Anak kesayangan mamah. " Tante Anita lansung meluk Nara dengan hangat, Nara juga membalas pelukan hangat dari mama serta para sahabat-sahabatnya itu.

"Akhirnya lo pulang juga, maaf yah Ra gue gak bisa jenguk lo di rumah sakit, soalnya gue harus nemenin nyokap. " Ujar Indira memeluk Nara, gue tau yah kalau dari mereka semua Indira paling sinis, tapi dia juga orang yang paling Care satu sama lain.

"Iyah gak papa, gue ngerti kok. " Jawab Nara tersenyum tulus.

Akhirnya kami semua di persilahkan duduk dan menikmati beberapa makanan yang khusus dimasak tante Anita untuk siang hari ini. Tapi perhatian gue tersita saat ngeliat ke deketan Nara dengan Gibran, gue ngerasa jika mereka terlalu dekat, bahkan Gibran dengan terang-terangan memberikan perhatian lebih kepada Nara. Nara pun terlihat dengan senang hati menerima perhatian itu, yang lainpun tampaknya cuek-cuek aja ngeliat semua itu, bahkan Zahir tampak santai-santai aja tuh.

Tak Tepat WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang