4 tahun kemudian.
Raib kini sedang bekerja di sebuah perpustakan. Ia menentukan mimpi berdasarkan hobinya yaitu kini Ia menjadi Jurnalis,penulis sekaligus pustakawan.
4 tahun sudah Ia berpisah dengan laki laki yang dicintainya. Mereka memang masih sering berkabar meskipun jarang untuk menelfon atau Video call.
Raib membereskan buku buku di perpustakaan nya. Ia menikmati pekerjaan ini. Selain perpustakaan Raib juga memiliki butik yang lumayan terkenal di Jabodetabek. Sedangkan Seli saat ini bekerja sebagai dokter kandungan.
Tiba Tiba Handpone Raib berbunyi. Ia tersenyum melihat nama Seli di layar ponselnya dan mengangkat panggilan itu.
Telpon.
" Halo Raa. Kita ketemuan yuk. Aku ingin memberimu sesuatu." Ucap Seli riang." Oke Sel. Di cafe Melati ya. 30 menit lagi Aku sampai." Raib menjawab lembut.
Seli menjawab Iya dan mereka mengakhiri telponnya.
Raib membereskan barang barangnya. Meraih Sling bag dan berjalan ke luar mengambil mobilnya. Ali menatap datar pada jalanan yang tiba tiba macet. Ia khawatir jika ia tidak sampai pada waktu yang ia tentukan.Setelah kurang lebih 15 menit Macet membuat perjalanan Raib tertunda. Sekarang Raib sedang melanjukan mobilnya dengan kecepatan sedang agar Ia bisa menepati janjinya dengan Seli.
Kini Raib sudah sampai dan melihat Seli sedang menunggu nya. Raib mudah Untuk menemukan Seli karena hanya Seli yang memakai jas dokternya.
" Hai Sel. Aku telat gak? Maaf ya tadi macet di jalan." Sapa Raib sambil menepuk pelan pundak Seli.
" Tidak Ra. Sini duduk Aku udah pesanin minuman untuk kamu." Ucap Seli mempersilahkan Raib duduk.
Raib duduk namun tiba tiba Ia melihat seseorang yang mirip sekali dengan Ali sedang berjalan bersama seorang perempuan hamil sambil tertawa bersama.
Deg. Raib sangat yakin Itu Ali. Ia tahu betul laki laki yang ia cintai. Perlahan air mata turun dari dua netra milik Raib. Sambil merogoh sling bag nya Raib untuk mengambil handpone nya dan menelfon Ali. Saat Raib memencet nomor Ali, saat itu juga laki laki yang sangat mirip dengan Ali tadi mengambil handpone nya.Tes...Tes Raib menangis dalam diam. Berarti Itu benar Ali tunangan sekaligus calon suaminya.
" Ra. Maaf tadi gak bilang kamu. Aku pergi sebentar ke toilet doang kok." Kata Seli lembut yang hanya diangguki Raib.
Seli memutar pelan tubuh Raib dan melihat pipi Raib basah oleh air mata.
" Raaa kamu kenapa? Kok nangis?" Tanya Seli panik. Seli langsung memeluk dan menenangkan Raib.
" Shuut kenapa Ra? Udah kalau kamu mau nangis, nangis aja keluarin semuanya." Ucap Seli lembut dan mulai merasakan remasan cukup kencang di pundaknya. Namun, Seli tetap tersenyum dan menepuk nepuk pelan punggung sahabatnya ini.
" Udah kita pulang ya? Malam ini kamu nginap di rumahku." Kata Seli sambil mengandeng tangan Raib dan berjalan ke mobil milik Raib karena tadi Seli hanya menaiki taksi.
Seli menyetir mobil Raib dengan Raib yang masih bersandar dan menangis di pundaknya. Sesekali Seli mengelus pundak Dan Rambut sahabat sejati nya ini. Mereka pergi menuju rumah Seli.